Lihat ke Halaman Asli

Musyaffa M Sos

When we should change, there is chance

Mustofa Madda

Diperbarui: 6 November 2020   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mustofa Mada

Segala puji dan rasa syukur kepada Allah Swt, atas Kuasa-Nya mengizinkan kami untuk menjaga dan mendidik salah satu hamba ciptaan-Nya. Sholawat beriring salam tercurahkan kepada junjungan agung Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabat seluruhnya.

Terkabulnya harapan dan do'a dari berbagai pihak, merupakan akumulasi doa agar kami cepat diberi amanah berupa keturunan yang sholih/sholihah. Puncaknya, setelah setahun lebih tiga bulan dari pernikahan, maka Allah Swt tumbuhkan benih janin dalam kandungan Istri. Tepatnya,  dua tahun lebih seminggu usia pernikahan kami, lahir putra yang dinanti. 

Menelisik rekam medis dari otoritas terkait, bahwa sang bayi lahir diperkirakan pada akhir Oktober atau awal November 2020. Salah seorang dokter kandungan inisial DF menyebut bahwa bayi lahir pada 31 Oktober 2020. Sementara itu, hasil pemeriksaan bidan, bayi akan lahir pada akhir Oktober atau pekan pertama November 2020, tertulis pada buku pink, buku Kesehatan Ibu dan Anak, bayi lahir pada 1 November 2020. Disisi lain, kami juga memperoleh keterangan dari dokter kandungan lain berinisial FR, bahwa bayi lahir paling tidak pada 25 Oktober, atau maksimal 15 November 2020. Keterangan berbeda juga ditunjukkan oleh dokter spesialis kandungan yang cukup senior, berinisial DI, ia menyebut bayi lahir pada 2 November 2020. 

Sejak Minggu Subuh sekitar jam 5 pagi mulai terjadi kontraksi. Ibunya bertahan hingga jam 9 pagi, sebelum akhirnya dibawa ke Klinik Persalinan terdekat. Setiba diklinik jam 9 pagi, tim bidan melakukan pemeriksaan awal, dan bidan menyebut bahwa sudah pembukaan seluruhnya. Dua jam lebih dua puluh menit, maka bayi berjenis kelamin laki-laki lahir dengan selamat dan sehat, dengan berat badan 2,7 kg

Allah Swt atas segala ketentuanNya, menghendaki bayi lahir tepat pada hari Minggu, 25 Oktober 2020, Pukul 11.20 Wib. Atau, bertepatan pada Minggu Wage, 8 Mulud 1954, atau 8 Rabi'ul Awal 1442 H di Kota Bengkulu.

Rasa syukur kami bertambah, karena kelahiran bayi kami bersamaan dengan bulan kelahiran Rasulullah SAW, yakni Rabi'ul Awal. Allahumma sholli 'ala sayyidina wa maulana wa habiibina Muhammad, wa 'ala aalihi wa shohbihi wabaarik wa saalim ajma'in.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami sematkan nama kepadanya, 'Mustofa Madda'.  

Nama depan 'Mustofa' dipilih berdasarkan pada  gelar lain dari Rasulullah Saw. Diketahui, bahwa ada banyak sekali nama atau sebutan lain dari Nabi Muhammad SAW, salah satunya al-Mustofa, yang bermakna 'manusia terpilih'. Nama ini dipilih, salah satunya karena bertepatan dengan bulan kelahiran Rasulullah SAW, yakni Rabi'ul Awal. 

Disisi lain, nama depan 'Mustofa' didasarkan pada harapan besar, bahwa ia merupakan bagian dari do'a yang selalu didawamkan dari kondisi wabah yang kompleks. Saat ia dalam kandungan ibunya, dari fase atau masa awal kandungan hingga sepanjang proses kehamilan, bahkan sampai persalinan, nyatanya berada di tengah ancaman wabah pandemi virus Korona. Kondisi yang tidak biasa-biasa saja, dimana ada 216 negara di dunia mengalami krisis kesehatan dan krisis ekonomi akibat pandemi ini.  Keadaan itu sangat mengkhawatirkan banyak pihak. Keadaan seperti ini memang bukan pertama kali dalam sejarah kehidupan manusia. Tetapi, paling tidak hal ini hampir sama dengan keadaan atau peristiwa yang dialami oleh ulama terdahulu. Pada masa lalu, wabah seperti ini dikenal dengan istilah 'Pagebluk' (Istilah Wabah di Tanah Jawa). 

Contohnya, pada masa pendiri Nahdlatul Ulama' (NU), KH. Hasyim Asy'ari. Saat itu terjadi wabah Pagebluk, keadaan saat seorang sakit di pagi hari dan meninggal di sore hari, dan saat seorang sakit di sore hari, dan meninggal di pagi hari. Tetapi, hal ini tidak berlangsung lama, tidak seperti pandemi virus Korona yang berlangsung berbulan bulan. Guna upaya preventif terhadap wabah pagebluk itu, Kiai Hasyim lantas mengijazahi kepada kaum nahdliyin, untuk mendawamkan atau membaca secara istiqomah 'Jimat Molimo', 'Wirid Lima Pusaka', atau 'Sholawat Li Khamsatun'. Berikut bacaannya;

Li Khomsatun uthfii biha, Harrol waba il hathimah, Almusthofa wal murtadlo, Wabnahuma wa Fathimah
(Dengan wasilah derajat luhur lima pribadi yang mulia yang aku punya. Aku berharap diselamatkan dari panas derita yang bikin sengsara. (Yakni) Baginda nabi Muhammad Almusthafa SAW sayyidina ali al-murtadha. Dan kedua putra (Hasan dan Husain) serta sayyidatina Fatimah Azzahra binti Rasulullah SAW)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline