The Power of "Berkisah"
Berkisah merupakan salah satu metode dalam menanamkan ajaran Islam dan mengenalkan syariat kepada anak anak. Kisah berbeda dengan dongeng. Kalau dongeng maka tokoh dan narasinya adalah fiktif, kadang imajinansi penulis dan bahkan mengandung unsur kebohongan. Sedangkan berkisah adalah menceritakan kejadian nyata di masa yang lampau, sekarang , maupun prediksi masa yang akan datang.
Dongeng banyak digemari anak anak, namun berkisah juga tak kalah menariknya manakala kita mampu menyajikannnya dengan apik dan menarik. Mengapa kita perlu sekali untuk membudayakan berkisah di kalangan anak anak? Karena anak anak kita selama ini sudah dijejali dengan dongeng yang membawa fantasi bahkan ada yang mengandung ajaran buruk.
Bagaimana seekor kancil yang sering menggunakan kepandaiannya untuk mengakali sesama binatang atau mengelabuhi manusia. Dan bagaimana anak-anak disuguhi dengan dongeng seribu satu malam dengan tokoh utama putri dan pangeran yang cantik dan tampan, lalu hidup Bahagia, yang hanya melahirkan imajinasi semu yang jauh dari kehidupan nyata.
Dulu saya lebih tertarik dongeng daripada kisah, dan sangat senang melihat anak-anak tertarik dengan cerita khayalan ini. Disamping menyiapkannya lebih mudah karena bisa kita bumbui dengan imajinasi kita sendiri. Namun sekarang saya beralih dan lebih fokus ke berkisah.
Awalnya saya ragu apakah anak anak bisa tertarik, dan ini menjadi tantangan, karena kita harus punya referensi yang valid, ternyata mereka tetap bisa excited juga, manakala kita mampu menyajikan kisah dengan menarik. Orang tua siswa pun juga menyambut antusias, karena setiap nilai-nilai yang kita tanamankan dari berkisah ini ternyata membekas juga di rumah.
Untuk bisa menyajikan sebuah kisah yang bagus, tentu kita perlu melakukan beberapa persiapan. Yang pertama tentu saja kita harus memiliki banyak referensi kisah baik cetak maupun ekektronik. Kita perlu membaca juga buku-buku kisah yang ada yang diperkaya dengan beberapa buku sumber.
Kita juga perlu membudayakan habit membaca dan berkisah di kelas kita. Setiap pagi, tujuh menit mendengatkan kisah akan membuat anak terbiasa, dan menanti-nanti kisah yang akan disajikan oleh guru selanjutnya.
Sebagai seorang guru atau pengkisah, kita juga perlu menyiapkan bahan dengan baik dan melakukan latihan dengan matang. Kita perlu mencoba berbagai jenis suara, ekspresi dan gerakan yang bisa menjiwai kisah yang akan kita sampaikan, maupun nilai-nilai yang akan kita sampaikan.
Saat berkisah, kita juga perlu memperkuat karakter para tokohnya, baik tokoh antagonis maupun protagonis. Yang mana dari para tokoh inilah kita akan memperkuat pesan yang akan kita sampaikan kepada anak anak.