Lihat ke Halaman Asli

Alhamdulillah-ku

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini obrolan saya dan si 8 thn saya, Rangga. Nekat saya tulis di Kompasiana.

Awal jadi Kompasianer Januari lalu saya menggebu2, krn memang saya suka Ngeblog, meski Blog saya isinya ya obrolan saya dan Rangga (si anak tercinta) Nah...pas baca tulisan2 di Kompasiana jelas saya jadi mengkeret. Saya pun agak lama melupakan Kompasiana. Sampai beberapa hari yang lalu rutin saya baca2 lagi tulisan para Kompasianer dan biarlah saya posting juga 'obrolan' saya sebagai tanda terima kasih saya pd Abah Ence Abdurohim yang tulisan "Ngobrol sama Ustadz Kampung"-nya sangat mengena.

Ops..kenapa enggak. Obrolan dengan anak pun mungkin bisa dimaknai dan jadi sarana untuk terus belajar dan berkembang. Ini nih obrolan kami :

*Mama,Rangga dapat 2 bintang, krn UF Bahasa Sunda nilainya 100.

-Wah..hebat, Rangga, Alhamdulillah ya.

*Mama, kenapa sih setiap kali harus bilang Alhamdulillah.

-Ya..iya..kan bersyukur, berterima kasih pada Allah, Mas.

*Mama tahu nggak arti Alhamdulillah ?

-Segala puji bagi Allah…

*Iya…bener… kirain Rangga tadinya pas belum tahu arti Alhamdulillah tuh ‘Terima kasih ya Allah’ (katanya sambil nyengir…)

Rangga sih ngomong ini sambil lalu trus cerita macem2, main sama Anggi si adik, tapi saya kok tersengat dengan kata2nya (iya ya kenapa kok artinya bukan terima kasih ya Allah ??). Saya pun search dengan kata kunci Alhamdulillah. Nemu tulisan Ence Abdurohim di Kompasiana dengan tag Obrolan dg Ustadz Kampung, judulnya Alhamdulillah. Pas banget.

Bahwa bila kita mendapat pujian, sanjungan, keberhasilan, materi, kebahagiaan ucapkan Alhamdulillah sebagai rasa syukur (tak mungkin sesuatu yang ada pada kita tanpa bantuan/kehendakNya) dan mengembalikan pujian tsb pada Allah (karena Allah telah menutup aib dan kekurangan kita, sehingga orang2 melihat kita hebat. Hanya krn Allah lah kita dipuji dan sesungguhnya pujian itu milik Allah).

Ini untuk meng’clear’kan kebanggaan sehingga tidak menjadikan kita sombong (yg merupakan suatu syirik kecil).

Nah…saya pun jadi bisa lebih memaknai Alhamdulillah.

Alhamdulillah, saya dapat satu ilmu lagi yang memperkaya obrolan saya dengan Rangga, tentang

Alhamdulillah yang membentengi diri kita dari kesombongan.

Semoga saya & Rangga terus bisa menambah ilmu dan amal sholeh.

Terima kasih Abah Ence Abdurohim. Alhamdulillah, akhirnya saya berani posting tulisan ini di Kompasiana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline