Lihat ke Halaman Asli

Merdekakan Buah Hati dari Diare sebelum Menjadi Penyebab Kematian Tertinggi

Diperbarui: 19 September 2017   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: newkidscenter.com

Apa benar diare bisa menjadi penyebab kematian tertinggi bagi buah hati? Mana mungkin? Diare kan cuma penyakit ringan. Tetapi fakta berikut mungkin akan cukup mengejutkan bagi para orang tua. Sebuah data dari WHO tahun 2012 menyebutkan bahwa diare adalah penyebab kematian pada anak nomor 2 tertinggi di Indonesia. Hal ini, sejalan dengan data RISKEDAS tahun 2013 mengenai prevalensi kejadian diare pada anak Indonesia sebesar 17%. Data dari RISKEDAS juga menyebutkan bahwa rata-rata anak di Indonesia mengalami diare 2 -- 6 kali per tahun.  

Sebelum membahas jauh mengenai diare mari kenali dulu pengertian diare. Apa sih yang dimaksud dengan diare? Diare adalah kondisi dimana penderita mengalami BAB lebih dari dua atau tiga kali dalam 24 jam dengan kondisi feses yang cair atau lembek. Faktanya, 60% diare di Indonesia disebabkan oleh infeksi Rotavirus. 30% anak yang terkena infeksi Rotavirus memiliki Intoleransi Laktosa. Pada saat diare terutama oleh Rotavirus, terjadi kerusakan jonjot usus, sehingga produksi beberapa enzim di jonjot usus yang berguna untuk proses pencernaan nutrisi, di antaranya enzim laktase, akan berkurang. Enzim laktase berguna untuk mencerna gula alami (laktosa) yang terdapat pada susu. Laktosa yang tidak tercerna akhirnya tidak dapat diserap sehingga menyebabkan diare semakin berat, kembung, dan tinja yang berbau asam. Kondisi inilah yang disebut sebagai intoleransi laktosa.

Kenapa sang buah hati harus merdeka dari diare? Alasannya cukup sederhana sih, karena resiko yang disebabkan oleh diare cukup mengkhawatirkan. Resiko dari diare pada buah hati diantaranya :

  • Anak yang terserang diare memiliki resiko kekurangan gizi (www.depkes.go.id)
  • Anak yang sering terkena diare beresiko lebih pendek 3,6 cm ketika berusia 7 tahun, dibhandingkan teman seumurannya (MMOR et al. Int J Epidemial 2001; 30: 1457 -- 64)
  • Anak yang sering diare beresiko memiliki IQ lebih rendah (Niehaus et al. AM J Trop Med Hyg 2002; 66: 590 -- 3)

Lantas hal apa yang harus dilakukan, ketika buah hati terkena diare. Saat diare, orang tua atau ibu perlu memperhatikan agar anak tidak mengalami dehidrasi dan kekurangan gizi. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi diare pada anak  yaitu:

  • Untuk anak yang masih mendapat ASI. Teruskan pemberiannya karena ASI adalah yang terbaik
  • Cegah dehidrasi dengan larutan oralit, diusahakan larutan oralit yang didapat dari puskesmas atau apotek bukan larutan air, gula, dan garam yang dibuat sendiri.
  • Konsultasikan ke tenaga medis misalnya ke puskesmas, bidan, atau dokter anak.
  • Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan si kecil.
  • Pada beberapa keadaan, nutrisi bebas laktosa diberikan atas rekomendasi tenaga medis atau dokter.

Satu lagi yang harus diperhatikan ole para ibu ketika anak mengalami diare, mengutip dari pernyataan dr. Andy Darma, SpA(K)  "Apabila anak tidak mau makan dan minum, orangtua perlu mengusahakan asupan bernutrisi yang mudah diterima oleh anak.  ASI dan cairan rehidrasi oral (oralit) adalah yang utama selain tambahan zinc. Selain itu, asupan nutrisi yang baik dapat mempercepat pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap makanan yang masuk, serta memberikan energi untuk mempercepat proses pemulihan". Artinya jangan dibiarkan saja ketika anak tidak mau makan ketika diare. Disini Kepekaan orang tua terhadap keadaan anak saat diare sangat penting, karena saat diare, berat badan anak akan berkurang. Oleh karena itu diperlukan asupan nutrisi yang baik saat dan setelah diare, sehingga anak dapat mengejar pertumbuhan fisiknya

Demikian informasi penting yang dapat disampaikan, semoga dapat menjadi pedoman bagi orang tua dalam melakukan perawatan pada buah hati yang sedang terserang diare.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline