Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) digelar di Bali mulai hari ini 28 Februari dan selesai 2 Maret 2015. Dua nama, Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan bakal bertarung sengit dan dipastikan panas sehingga segalanya bisa terjadi dalam memperebutkan kursi nomor satu di partai berlambang matahari itu.
Di kalangan akar rumput sudah terjadi pembentukan kelompok pro Hatta Rajasa dan pro-Zulhas. Kedua kubu mendapat dukungan hampir sama besar di kalangan elite partai. Bahkan, kalau kubu Zulhas didukung Amien Rais, sementara kubunya Hatta Rajasa disebut-sebut didukung besannya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Artinya, dari kualitas ketokohan antara Hatta Rajasa dan Zulhas sama kuat, dari dukungan finansial orang besar juga sama kuat sehingga kalau aturan main tidak tegas dalam kongres bisa saja muncul friksi-friksi yang tajam, bahkan menjadi masalah, timbul kerusuhan, sehingga berpeluang munculnya dualisme kepengurusan, seperti kasus yang dialami PPP dan Golkar.
Tak pelak lagi pengaruh Amien Rais sebagai pendiri PAN masih cukup besar dan diperhitungkan kawan dalam internal partai maupun lawan di luar (eksternal). Sebab, tokoh reformasi itu berjasa besar terhadap kelahiran partai yang didirikan pasca reformasi 1998 itu. Bahkan Amien Rais sempat dua kali mencoba mengikuti Pilpres namun gagal.
Pertanyaannya sekarang: Apakah pengaruh Amien Rais masih dominan dalam PAN? Semua itu akan terjawab dalam kongres nanti. Biasanya, siapa yang didukung Amien Rais dialah yang bakal memenangkan kongres, seperti di masa lalu. Tapi, bisa saja kali ini pengaruh Amien sudah berkurang sehingga jagonya (Zulhas ) bakal terjungkal karena pengaruh Hatta Rajasa yang masih kuat karena rajin berkomunikasi dengan kepengurusan di daerah-daerah. Sosok Hatta Rajasa kelihatannya lebih berakar ketimbang Zulhas yang sengaja diorbitkan Amien Rais.
Kongres PAN 2015 di Bali dipastikan memanas karena Amien Rais memaksakan kehendaknya bahwa Ketua Umum DPP PAN hanya boleh diduduki satu periode saja. Padahal, dalam AD/ART tidak ada larangan untuk memperpanjang jabatan Ketum PAN menjadi dua periode. Di sini Hatta Rajasa ingin mengubah tradisi satu periode dan lawannya pasti berhadapan dengan Amien Rais sebagai senior dan mentor politiknya selama ini.
Untuk PAN ketokohan Amien Rais mungkin saja tidak tergantikan dan gelanggang kongres Bali menjadi batu ujian berat buat Amien Rais, apakah keberadaannya masih dominan atau sudah ditinggal kader PAN dengan mendukung Hatta Rajasa menjadi Ketum PAN dua periode.
Kongres PAN Bali ini menjadi pertaruhan besar Amien Rais. Jika Hatta Rajasa menang pengaruh Amien semakin kecil dan mungkin selesailah sudah karier politiknya. Sebaliknya kalau Zulhas yang menang pengaruh Amien dalam kepengurusan PAN semakin besar. Kepengurusan Zulhas otomatis di bawah pengaruh dan restu Amien Rais nantinya, tak ubahnya Megawati di PDIP.
Melihat manuver dilakukan kedua kubu dipastikan jalannya kongres berlangsung ketat sejak hari pertama hingga hari pemungutan suara paling krusial. Sepertinya tidak terbuka peluang untuk aklamasi karena kedua tokoh sama-sama tangguh dan didukung banyak tokoh. Beda dengan kongres PAN sebelumnya, pertarungan antartokoh relatif ‘’pincang’’ sehingga Amien Rais dapat memaksakan kehendaknya. Kandidat yang lemah dalam dukungan diajak mundur dan diberikan posisi bagus, misalnya sebagai wakil ketua dll.
Ketatnya pertarungan kongres PAN tahun ini ditandai dengan terbentuknya tim sukses yang sudah melakukan konsolidasi ke berbagai daerah. Puncaknya dalam sepekan belakangan ini, kubu Hatta Rajasa mengumpulkan pendukungnya di Bali dan mengaku sudah mendapatkan dukungan dari 368 pemilik suara sehingga kalau dukungan itu solid dipastikan Hatta Rajasa yang memenangkan kongres. Tapi, biasanya dukungan itu bisa berubah di saat kongres, terpulang dari kemampuan masing-masing tim sukses melakukan lobi terakhir mendapatkan simpati dari pemilik suara.
Sama saja dengan kubu Zulhas melakukan konsolidasi pendukungnya di Yogyakarta, bahkan mengklaim sudah mengantongi setengah dari jumlah suara. Isolasi pendukung oleh kubu Hatta Rajasa dan kubu Zulhas merupakan cara efektif memastikan dukungan tidak lari lagi. Tapi yang namanya politik, selalu cair dan dinamis. Perubahan dukungan bisa terjadi kapan saja, sebab tidak ada kawan yang abadi di politik, kecuali kepentingan abadi.
Justru itu, sulit untuk tidak mengakui peranan ‘’vitamin’’ sangat menentukan dalam kongres PAN dan kongres-kongres parpol lainnya. Peserta bisa memperoleh uang yang sangat besar jika mampu bermain cantik, dengan memberikan iming-iming kepada kedua kubu yang berambisi menang. Dengan demikian pragmatisme masih kental. Siapa yang mampu membayar mahal dialah yang bakal meraih suara terbanyak. Itu sebabnya hanya dua kandidat saja yang muncul, karena keduanya adalah tokoh yang sudah malang melintang dalam pemerintahan sebagai menteri dan uangnya sudah tidak terhitung lagi. Kelebihan Zulhas dia menjabat Ketua MPR.
Memang faktor kekalahan Hatta Rajasa dalam Pilpres lalu berdampak besar, apalagi kalau posisinya sekarang ini kosong sehingga mengambil kembali jabatan Ketum PAN menjadi prioritas agar karier politiknya tidak tamat begitu saja. Beda dengan Zulhas kalaupun kalah dia tetap memegang jabatan sebagai Ketua MPR sehingga bebannya lebih ringan ketimbang Hatta Rajasa.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H