Lihat ke Halaman Asli

Ondel-Ondel Bukan Sekadar Boneka Raksasa Biasa

Diperbarui: 18 Desember 2023   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instagram ondelondel_bintangcipete 

Ada beberapa versi berbeda mengenai asal-usul Ondel-ondel, namun belum ada informasi pasti tentang siapa penciptanya dan kapan diciptakan. Secara historis, ondel-ondel disebut sudah ada sebelum 1600 Masehi. Penjelasan ini ditulis pedagang dari Inggris bernama W. Scot dalam buku perjalanannya. Dalam catatannya, Scot mengaku melihat ada kebudayaan unik berbentuk boneka raksasa yang dipertunjukkan masyarakat Sunda Kelapa dalam upacara adat. Meski namanya tidak disebut, jenisnya diyakini mirip ondel-ondel.Sementara menurut cerita turun-temurun sesepuh di Betawi, ondel-ondel sudah ada sejak zaman nenek moyang. Dulu ondel-ondel dibuat untuk upacara tolak balak. Upacara tolak balak diadakan untuk mengusir wabah penyakit yang menyerang perkampungan atau gangguan roh halus yang gentayangan.

siapa yang tak kenal ondel ondel? Sepasang boneka raksasa dengan tinggi sekitar 2,5 meter yang menghiasi gedung-gedung atau kantor pemerintahan di ibukota. Sosok mereka juga hadir dalam pesta-pesta rakyat, hajatan masyarakat Betawi, dan terutama perayaan ulang tahun Kota Jakarta.

Sebagai pertunjukan rakyat, ondel-ondel biasanya diiringi tanjidor atau kelompok orkes kampung, yang terdiri dari beberapa alat musik, seperti gendang tepak, gendang kempul, gong, kenong kemong, krecek, terompet, bas, dan sukong. Tapi ada juga seniman yang juga memadukannya dengan alat musik modern. Pementasan ondel-ondel biasanya juga diiringi oleh pertunjukan pencak silat Betawi.

Ondel-ondel mengenakan pakaian adat Betawi dengan warna mencolok. Tubuh bagian depannya diberi rongga kecil sebagai celah bagi pemain untuk melihat ke luar. Dengan demikian ondel-ondel tak kehilangan arah dan mampu bergoyang sesuai irama dan melakukan gerakan memutar tubuh dengan cepat. Belum jelas benar kapan ondel-ondel muncul dalam kehidupan masyarakat Betawi. Banyak yang menyebut ondel-ondel semula bernama barongan dan dianggap perwujudan danyang desa. Ketika dilanda wabah penyakit, mereka menggelar ritual mengarak barongan keliling kampung untuk tujuan menolak bala dan mendapatkan keselamatan. Sebelum diarak, dilakukan proses pengasapan (ukup) agar prosesi berjalan lancar. Karena fungsinya sebagai penolak bala, pembuatan ondel-ondel biasanya melalui proses ritual tertentu. Sebelum proses pembuatan, pengrajin menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa dan bubur sumsum. Tujuannya agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik.

Perubahan juga terjadi pada fungsi ondel-ondel. Ondel-ondel mulai hadir dalam bentuk seni pertunjukan maupun dekorasi setelah Gubernur Ali Sadikin mencanangkan ondel-ondel sebagai ikon Jakarta. Wajah ondel-ondel yang semula menakutkan dan berbau mistis pun berubah jadi manis dan bersahabat. Ritual pengasapan dihilangkan. Ondel-ondel juga mulai menghiasi gedung-gedung atau kantor pemerintahan di Jakarta.

Pengaruh Islam kemudian mempengaruhi kostum ondel-ondel. Tangan pada ondel-ondel pria, misalnya, tak lagi selalu berbentuk seperti mahkota tapi menyerupai kopiah. Selempang dan ikat pinggang berwarna cerah digantikan sarung kotak-kotak yang diletakkan di leher (cukin) dan dililitkan di balik pakaian.

Wajah ondel-ondel dibagi menjadi dua. Wajah laki-laki berwarna merah. Hal itu karena fungsi awalnya untuk menakut-nakuti setan atau roh-roh jahat. Sedangkan wajah perempuan berwarna putih yang menggambarkan sifat keibuan yang lembut. Tapi banyak yang meyakini warna merah dan putih dipilih untuk mewakili bendera kebangsaan Indonesia; merah berarti memiliki semangat juang dan pemberani sementara putih melambangkan kesucian. Agar terkesan menarik, kepala ondel-ondel diberi rambut dengan menggunakan ijuk. Tak lupa ditambahkan hiasan berbagai pernak-pernik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline