Lihat ke Halaman Asli

Murni Marlina Simarmata

Dosen Aro Gapopin

Wiranto Bukan Korban Pertama

Diperbarui: 14 Oktober 2019   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: kompas.com

Berbagai komentar sinis di media sosial terhadap Menko Polhukam Wiranto yang sedang ditimpa kemalangan mengindikasikan bahwa fragmentasi masyarakat jauh lebih memprihatinkan dari yang kita duga selama ini. 

Bukannya bersimpati kepada pejabat publik yang menjadi korban kekerasan bermotif radikalisme, beberapa warga justru memunculkan prasangka-prasangka tak berdasar. Wiranto tidak sendirian dan bukan korban pertama dari kekejian akibat tumpulnya nurani sebagian masyarakat terhadap orang yang sedang tertimpa kemalangan.

Almarhumah Ibu Ani Yudhoyono juga sempat menjadi sasaran keganasan para pengguna medsos ketika sedang dirawat di rumah sakit. Demikian juga dengan Novel Baswedan dan kasus yang juga relatif baru adalah Ninoy Karundeng. 

Mengapa banyak orang bisa menjadi sedemikian sadis menghakimi, menuduh dan menyudutkan orang-orang yang tengah ditimpa kemalangan yang semestinya diberi simpati dan dukungan moral?

Kebenaran Afiliatif

Di luar persoalan etis-moral, kasus perundungan di media sosial kepada orang-orang yang tengah tertimpa kemalangan merupakan puncak gunung es dari keterbelahan masyarakat. Para politisi layak dipersalahkan atas persoalan akut ini. 

Penggunaan sentimen-sentimen yang menggugah emosi dalam berbagai kampanye politik telah memperdalam keterbelahan masyarakat dan meninggalkan luka yang tak sepenuhnya sembuh kendati Pemilu, Pilpres atau Pilkada telah berakhir.

Kendati para elit yang bersaing di musim Pemilu telah melakukan berbagai upaya rekonsiliasi, psikologi politik masyarakat akar rumput tidak serta merta bisa dikembalikan pada kondisi semula (normal). 

Maka sinisme kepada Wiranto dan tokoh lain yang tengah ditimpa kembalangan dapat dibaca sebagai residu dari luka yang belum sembuh total tersebut. Untuk lebih jelas, kita dapat memahami fenomenan ini melalui konsep "kebenaran afiliatif" (affiliative truth) yang diulas secara mendalam oleh Ignas Kalpokas dalam buku terbarunya (2018).

Buku Ignas Kalpokas yang memberi uraian teoritis pada fenomena penggunaan media sosial dalam kampanye politik (Pelgrave Macmillan, 2018)

Pendekatan-pendekatan politik di era digital, menurut Ignas Kalpokas, sebagian besar dioperasikan dengan mempertajam perbedaan antar komunitas atau antar kelompok orang-orang terafiliasi. Media sosial memberi banyak kemudahan untuk mempertemukan orang-orang yang memiliki afiliasi serupa atau sejenis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline