Di sinilah aku sekarang. Menunggu giliran menerima 5 surat untuk dicoblos.
Kami berangkat pukul 9 sesuai perjanjian di grup ibu-ibu dawis. Para bapak dan anak mengikuti jam berangkatnya istri mereka.
Sampai di TPS, rombongan terdepan satu persatu menyerahkan undangan mencoblos ke meja penerima undangan. Posisinya berada di depan pintu masuk.
Lalu mengantri dengan duduk di tempat yang telah disediakan.
Lokasi duduk kami di jalan --depan rumah warga yang ditunjuk untuk tempat TPS.
Kursi besi merah lipat berpayung terpal. Kiri kanan dan belakang duduk kami ditutupi kain tebal. Hanya bagian depan saja--menghadap rumah/TPS yang tidak ditutup kain.
Di depan sana--di dalam rumah terdapat pojok ruang untuk mencoblos. Di depan ruang coblos terdapat 5 kotak untuk memasukkan 5 surat yang telah dicoblos sesuai peruntukkannya.
Aku dan rombongan dawis yang dipanggil -- setelah menanti dan memastikan bahwa di dalam sana sudah ada kursi kosong -- maka dari kursi di luar ruang/rumah, pindah ke kursi di dalam rumah -- setelah menandatangani kehadiran dekat pintu masuk --tempat kita menyerahkan undangan sebagai tanda ikut antri dan siap mencoblos.
Kami yang sudah mencoblos, memasukkan 5 surat ke kotak suara lalu menuju pintu keluar untuk memberi tanda tinta di kelingking atau telunjuk.
Kami menunggu di luar sambil bercerita masalah keluarga kita yang kebetulan putra/putri mereka sesama dawis dan warga lain ada yang pulang/mudik demi pemilu.