Lihat ke Halaman Asli

Murni Rianti

Pustakawan SMK Yudya Karya Kota Magelang

Kerokan

Diperbarui: 1 Februari 2024   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Aku mengenal kerokan sejak kecil -- mungkin waktu itu kelas 2 SD. Kerokan menggunakan brambang merah dan minyak kelapa buatan ibu.

Tidak ke dokter, bukan berarti tidak ada dokter sore itu. Memang belum ada pelayanan kesehatan seperti saat ini.

Pelayanan kesehatan dekat rumah ibu seingatku ada ketika aku SMP. Dokter jaga dari Universitas Kristen Indonesia.

Kebiasaan itu membuat tuman. Badan menjadi lebih enak dan hangat. Tidur lebih nyenyak.

Bertambah umur, kebiasaan dikerok meningkat menggunakan logam. Untuk badanku, jika ibu yang mengerok, ibu menggunakan tutup gelas. Kakak ku juga pintar mengerok.

Entah mengapa saat menggunakan  logam pertama kali baru merasakan lebih enak menggunakan uang logam.

uang logam 5 rupiah yang digunakan tukang pijat saat aku kuliah.

waktu aku di rumah ketika libur kuliah, ibu mencoba mengerokku dengan logam.

Ternyata, ditangan ibu, kerokan menggunakan logam rasanya nikmat. Sejak tahun badanku kuat dikerok dengan uang logam -- ibu tidak menggunakan tutup gelas.

Kerokan ibu, gerakannya pelan dan tekanannya pas. Tidak cepat dan tidak kasar seperti tukang kerok waktu aku kuliah.

Suatu ketika aku pernah merasakan kerokan di salon di tempat potong rambut langgananku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline