Kudengar suara itu. Suara orang jualan putu. Kutunggu hingga lewat depan rumah.
Selama berkeliling, tukang putu selalu membunyikan peluit. Bunyi itu berasal dari uap yang keluar dari celah kecil ini --begitu cerita penjualnya. Uap panas dari kukusan itu membuat putu matang
Putu terbuat dari tepung beras, gula merah, kelapa parut, yang dikukus menggunakan bambu sebagai cetakan. Mula-mula adonan tepung beras dimasukkan ke cetakan bambu lalu diberi rajangan gula jawa. Setelah itu masukkan lagi adonan tepung beras.
Kukus hingga matang. Setelah matang, pindah ke piring -- taburi kelapa parut dan gula pasir. Putu siap disantap.
Menurut filosofi, bentuk putu yang panjang ini melambangkan keberlanjutan dan keseimbangan hidup. Tepung beras, gula merah, kelapa parut, merepresentasikan keragaman.
Bersumber dari sajian sedap.grid,id --di dalam Serat Centhini, nama putu ditulis pada tahun 1814 di masa Kerajaan Mataram.
Wow ini kue jadul yang tetap ada di zaman now... Semoga tetap ada dan kerasan di dunia kuliner... Putu sendiri kalau dipanjangkan menjadi -- pencari uang tenaga uap. Bisa aja ni yang bikin istilah....
Kalau ada bunyi berisik lewat, cobain yuk, biar kuliner ini tetap melegenda....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H