Selama libur nataru seperti diriku -- ada banyak kisah yang bisa ditulis. Tinggal kita maunya menulis yang bagaimana. Cerpen, puisi, halo lokal, filsafat, pendidikan, seni, sosbud, analisis, sosok, atau yang lain.
Semua bisa kita tulis. Mau seperti apa kita menuang kisah kita, semua baik. Gaya sastra juga oke.
Siang ini, kelas literasiku pukul 11.00. Hanya 30 menit saja. Bagi yang sudah siap, tinggal memindah ke komputer. Bagi yang belum --boleh langsung diketik di komputer.
Hanya bedanya, bagi yang sudah menulis di rumah tinggal sat set saja. Langsung diprint untuk mading. Dan boleh langsung pulang.
Tidak perlu banyak-banyak. 50 kata saja. Tetapi jangan kurang dari 50 kata. Biar koreksinya tidak membuat mata lelah... Harus dilengkapi foto.
Kelas yang tadinya heboh kini sepi. Semua sibuk. Yang telah membuat di rumah berpindah ke ruang komputer untuk mengetik di sana.
Sepuluh orang pertama yang menyerahkan sekitar pukul 12.30 selesai sholat zuhur, akan mendapat 25 ribu.
Mereka sibuk, saya juga sibuk. Saya bisa menulis untuk kompasiana. Hoby dapat berjalan, kewajiban masuk kelas juga tetap bisa sejalan.
"Kenapa harus ditulis Bu. Kenapa tidak bercerita saja di depan kelas." Tiba-tiba aku dengar seorang anak bertanya begitu.
"Kalau ditulis, orang yang membaca bisa membayangkan. Tetapi kalau kamu punya video dengan narasi di dalam kisahmu, boleh juga." Aku menyampaikan seperti itu.