Sore ini setelah hujan, memotong daun dan bunga-bunga yang mulai layu sambil menyirami. Sesekali membersihkan rumput liar.
Saat ini memang sedang musim hujan, tetapi semua tanaman di serambi samping tidak tersiram air hujan. Ada atap pelindung di daerah itu.
Rimbunan bunga ek0r kucing muda berwarna merah muda. Semakin lama menua berubah warna menjadi merah ttua, akhirnya menjadi hitam. Tampilannya tampak seperti ulat bulu.
Bunga ulat bulu yang tua aku potong, menyisakan warna merah muda semua. Ekor kucing merah tua juga sekalian dipotong mumpung sore ini sempat dan bisa menyempatkan diri bergiat ngurus tanaman. Potongan ekor kucing merah tua dan hitam itu disatukan dalam tempat sampah di sudut kiri dekat pohon jambu.
Tidak memperhatikan bocil mengumpulkan kembali dan disimpan dalam dus bekas tempat snack arisan. Dia membawa ke dalam dan diletakkan di meja dekat ibunya.
Mungkin ibunya mengira itu ulat bulu beneran. Juga mungkin lupa di rumah ada tanaman ekor kucing di teras samping. Entah apa saja yang pecah. Itu pasti ulah si bocil menggoda ibunya dengan ulat bulu palsu.
Begutu sadar itu bunga ekor kucing tua, gantian si ibu mengejar bocil. Yah, menang si bocil. Naik tangga langsung ke kamar atas. Ibunya ngga mungkin ikut naik, di atas ada tokek.
Permainan kejar-kejaran pun berhenti, si ibu membersihkan pecahan gelas. Suasana mulai sepi. Kini saatnya menulis untuk tulisan menyambut Februari.
Sekian dulu, rehat dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H