Lato-lato sementara ini menggeser perhatian anak-anak dan orang tua dari ponsel. Terlihat dan selalu saja tampak, anak-anak dan orang tua memegang ponsel. Hal itu tak lepas dari kebiasaan yang baru saja berlalu.
Ketika itu semua kegiatan mengharuskan menggunakan ponsel. Ponsel semakin dekat di hati berkat pandemi Covid-19. Akibatnya, interaksi sosial berkurang. Kabar apa saja dari satu rumah, satu kantor, satu perumahan, semua dilakukan dengan ponsel. Info bahagia, senang, duka, semua tersampaikan melalui ponsel.
Kini, kemeriahan orang bermain lato-lato membuat lingkungan sekitar kita ramai. Semakin ramai jika beberapa orang bersama-sama menggerakkan bandul yang terikat oleh tali dan terhubung oleh lempengan yang berfungsi sebagai pengikat sekaligus pegangan untuk bermain. Itulah Permainan lato-lato yang kini sedang merebak.
Bandul digerakkan dengan menaikkan dan menurunkan tangan sehingga bandul bergerak. Bandul saling menyenggol dan mendorong satu dengan yang lain.
Dorongan itu kembali berbenturan karena terikat kait sekaligus sebagai pengikat bandul yang terhubung dengan tali. Sepintas bisa membayangkan seperti pendulum. Tali penghubung bagai benang layangan. Kemana saja bergerak, tetap berada di genggaman pemainnya.
Pemain lato-lato yang sudah terampil, dapat mengayunkan bandul sembarang tempat. Di atas kepala, di bawah paha, di balik lengan sambil bertolak pinggang. Anak-anak yang belum terampil, berakibat benjol di dahi, pipi, tangan serta anggota tubuh lainnya, akibat benturan lato-lato yang melesat salah sasaran.
Ada satu keinginan dari seorang anak yang tiba-tiba muncul. Dia ingin suara lato-lato jangan begitu. Paling tidak bisa dimainkan malam atau tengah malam agar ibu tidak marah karena tidak tidur padahal sudah larut. Dia bilang, ingin membuat lato-lato dengan suara damai. Yang tidak mengganggu orang tidur, yang tidak ingin terdengar suara gaduh, dan bisa dimainkan dengan nyaman.
Dari percobaan awal, si bocah membuat lato-lato berbahan kertas yang digumpalkan. Lalu beralih ke kertas berisi batu biar gerakan bandul lebih mantap. Ganti lagi ide bandul dari balon berisi air, lalu mencoba membuat lato-lato dari bola plastik tanggung dua warna. Jika suasana di luar rumah sepi, dia akan bermain lato-lato yang dibelinya di warung, biar sama seperti yang dimainkan teman-teman. Menghalau sepi.
Sepertinya bocah ini belum tahu, lato-lato ada di android. Harapan, mempunyai ragam suara lato-lato selalu terbayang seolah-olah nyata. Terpikir olehnya membuat lato-lato suaran deburan ombak, suara air tumpah seperti di kolam renang kesukaannya.
Konon lato-lato muncul pertama kali di Amerika. Dulunya lato-lato Amerika terbuat dari kaca. Jika pecah, pecahannya terpencar mengenai mata. Di Indonesia, lato-lato ngetop tahun 1990-an. Gemanya terhenti, ngetop lagi tahun lalu, 2022.
Game lato-lato di android tidak akan membuat anak-anak yang belum terampil jadi benjol. Karena dimainkan di android dengan menekan panah ke kanan atau kiri, atau ke atas dan ke bawah. Sampai ke dua benda itu saling beradu. Bunyinya sama persis dengan di dunia nyata.