Tanggal 1 Juni 2018 lalu, Razan al Najjar seorang gadis Palestina ditembak mati oleh salah satu tentara Israel saat sedang lari menuju perbatasan untuk menolong korban yang terluka di Gaza. Gadis yang masih berusia 21 tahun tersebut adalah seorang perawat yang bekerja secara sukarela untuk Palestinian Medical Relief Society (PMRS).
Kematian Razan memicu duka mendalam bagi rakyat Palestina dan khususnya keluarga Razan, terutama sang ibunda, Sabreen al Najjar. Dilansir dari middleeasteye.net, Ibu Razan bergabung dengan sukarelawan yang menghadiri pengunjuk rasa yang terluka selama demonstrasi hari terakhir di Gaza, Jumat (8/6/2018).
Foto-foto di Twitter menunjukkan Sabreen al-Najjar mengenakan rompi medis bernoda darah putrinya yang ditandai dengan logo Lembaga Bantuan Medis Palestina. Sang ibunda juga terlihat tengah mengobati pengunjuk rasa yang terluka.
Sabreen berjanji pada dirinya sendiri untuk meneruskan perjuangan putrinya dengan menjadi bagian dari relawan medis. Ia ingin menyelamatkan rakyat yang mengalami luka akibat serangan Zionis Israel, seperti yang telah dilakukan putrinya.
"Putriku akan keluar setiap Jumat antara jam 7 pagi hingga 8 malam. Dia berada di lapangan melakukan pekerjaannya, menyembuhkan orang yang terluka, dan putriku adalah seorang paramedis pemberani yang tidak pernah takut pada penembak Israel. Dulu, dia pulang dengan bercak darah seragamnya. Dia biasanya tetap berada di lokasi protes hingga semua orang pergi," kenang Sabreen seperti dikutip dari middleeasteye.net.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H