Bin, warna hitam duniamu belum luruh
Meski diterpa langkisau-melindap perapuh
Bulir dari kedua matamu laksana noktah keruh
Namun tatih langkahmu tak pernah terjatuh
Bin, setiap senyum yang kaugariskan
Ada luka bersemayam menjelajah harapan
Tatapan berbicara jenuh dalam keletihan
Hingga hujan di hati Ibu kian basah merawan
Kala itu, seragam putih merahmu kaupeluk erat
Bersama kokok ayam dan tetes embun kaugenggam semangat
Ransel biru di punggungmu bagai seorang sahabat