Lihat ke Halaman Asli

murni asih

My Son is my life to the jungle and to the future. Don't say you can't do but try before do it, and we will can do the best.

My Dairy

Diperbarui: 19 Desember 2020   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ya Tuhan aku kurang apa sebagai anak, mereka inginya dihargai tapi mereka sendiri lupa bagaimana membahagiakan anak. Selalu ingin dimengerti tapi tidak mau dimengerti, tidak pernah mau capek dengan urusan anak. Perhatiannya kurang, sungguh aku meminta tolong bukan bermaksud hati ngetiplakna, kalau masih ada orang tua yang dimintai tolong, lalu kalau g mau dimintai tolong nanti sakit hati kalau apa~apa dilakukan sendiri nanti dibilangnya ngilang-ngilangna. Susah kan, ga mau kasih tau maunya dikasih. Padahal kalau mau menyadari kewajiban kalian masih banyak tapi kita ga pernah menuntut atau meminta sesuatu dibatas kemampuan kalian. Kita nikah dengan modal sendiri, disaat banyak anak-anak diluar sana menuntut sebuah pernikahan yang mewah. Malah mereka cenderung berlebihan kita apa, kita menuntut apa. Materi, aku juga sudah melunasi hutangku kalau kalian menganggap sekolah SMA ku adalah sebuah hutang. Aku menikah di usia tua buat sekolahin adik sampai STM. Kurang tanggung jawab gimana aku sebagai anak dan juga kakak, kurang berbakti seperti apa.

Soal saat aku berbicara sedikit tapi menyakitkan itu menurut kalian, tapi kalian tidak bisa mengontrol diri untuk tidak menjadikanku berkata tidak menyakitkan. Jujur aku sakit hati iya aku sakit hati karena aku merasa selalu salah menjadi anak kalian. Selalu saja salah mengartikan maksud hati, salah iya kalau aku minta tolong sama kalian. Salah pemikiran kalian aku Cuma ngetiplakna iya Cuma itu yang ada dipikiran kalian. Tidak seperti orangtua pada umumnya yang merasa selalu kurang dalam membahagiakan anak. Bukan hanya tenaga tapi juga materi mereka berikan. Sungguh malang nian
 Semoga cukup sampai di aku, jangan sampe ke anak cucuku perhatian orang tua hanya sekedar sampai memberi makan tapi melepas tanggung jawab kelayakan dan kebahagiaan anak. Perhatian, support,  inspirasi,  contoh moral ,dukungan sama sekali tidak aku dapatkan dari yang namanya orangtua.

Sedih sebenarnya sangat sedih tapi aku sampai tidak bisa meneteskan air mata. Menangis dan bersandar aku tidak punya tempat bersandar. Just stay up by self and grow up by me, independent,  strong by self.

Selarang, 20 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline