Beberapa hari lalu saya dan teman-teman ke Bali, tentunya tidak lupa jalan-jalan ke lokasi terkenal seperti Pantai Lot, patung yang masih dialam angan-angan hanya ada kepala dan tangan tergeletak di atas tanah yaitu Garuda Wisnu Kencana, maksudnya belum selesai.
Nah, diantara tempat wisata yang dikunjungi itu Uluwatu, jika salah menulis nama maafkan saja, maklum bukan orang Bali. Ketika mau memasuki halaman parkir , guide sudah memberitahu bahwa bagi yang memasuki r area keturunan Hanoman ini kaca mata dan topi dijaga, karena monyetnya nakal bisa mengambil dari berbagai sudut benda itu.
Kami saat mau masuk ke wiilayah hutan tempat monyet di pintu masuk diberi selendang ada dua warna yaitu kuning dan violet, diminta pakai satu lembar saja. Ada juga yang memilih pakai sarung walaupun dia sudah pakai celana panjang, sarung ini untuk mereka memakai celana pendek. Alasannya biar monyet tidak mengambil juga barang miliknya yang berharga dalam celana??????
Rombongan masuk pintu gerbang dengan pecalang siaga tapi mereka pakai topi dan kaca mata hitam, maklum saat berkunjung jam 2 siang. Saya sudah berpikir kok, pecalang enak saja p;akai kaca mata hitam dan topi tidak takut dicuri monyet dalam hati mungkiin pecalang ini pawang monyetnya sehingga para monyet takut dekatnya.
Memasuki pintu vihara penjaga berteriak. mohon topi dan kaca mata di sembunyikan! Semua yang pakai topi sebagai pelindung kepala dilepas, makulm saya kepala botak, saat melepas topi terasa panasss sekali, mataha ri langsung menyinari kulit kepala, jadi maluuuuuuu. Kaca mata hitam sebagai peliindung mata dari sinar matahari di lepas juga, maklum mata saya sakit jika kena sinar mentari siang hari pasrah di lepas. Apa yang terjadi, semua barang itu disembunyi dalam kaos, tujuannya biar monyet tak mengambil barang penyelamat sinar mentari.
Perjalanan bukannya pendek, naik tangga melihat pemandangan bukit dibawah laut menelusuri beberapa pematang tanah, sudah panas, keringatan, kepala panuassss, mata kedap-kedip sampailah di tempat yang luas sepertti arena parkir kendaraan besar di seberangnya hutan lebat. Ada teman karena mata min tidak bisa lihat kejauhan berbisik pada saya, "Pak , kok, monyetnya besar-besar......" Saya jadi bingung, teman ini melihat monyet sedangkan saya tidak.
Saya tanya dengan dia, maksudmu monyet itu dimana? Dia jawab di depan saya sekitar sepuluh meter duduk di bawah pohon> Saya penasaran , mengarahkan pandangan ke bawah pohon, ternyata orang duduk bernaung, sepertinya kelelahan , maklum perjalanan naik turun agak lama.
Saya langsung memberitahu teman itu, yang di bawah pohon itu bukan monyet, orang duduk. Dijawab teman, Saya kira monyet, karena melihat hanya bayangannya saja, maklum kaca mata minus saya disembunyikan takut dirampas monyet.
Rombongan teman-teman terlihat wajahnya kecewa karena bayangan ratusan monyet mendekati dan ingin mencuri topi, kaca mata tidak ada!! Para penjaga monyet memberitahu bahwa mungkin siang hari monyetnya masih pesta di dalam hutan alias bernaung diri dan tiduran.
Rmbongan meringsut melangkah mau keluar lokasi dengan berani memakai topi dan kaca mata hitam . Saat berjalan mau keluar ada juga monyet yang mau dilihat, jumlahnya cuma dua ekor saja.
"Memang kadang kita ini dihantui rasa takut sendiri setelah mendengar dari orang lain seperti monyet mau mencuri topi dan kaca mata karena mereka nakal dan ganas. Kenyataaannya kita tidak bertemu dengan ratusan monyet yang digambarkan ganas itu. Padahal sudah berkorban mau panas dengan melepas topi dan sakitt mata melepas kaca mata hitam.....," celetuk salah satu teman kecewa.