Bulan Ramadhan tinggal 9 hari lagi. Tidak terasa waktu berlalu dan entah mengapa sampai saat ini masih ada rasa kerinduan kepada bulan Ramadhan. Walaupun saat ini sudah berada di bulan Ramadhan dan hampir selesai namun ada satu hal yang kurang. Setelah dipikir-pikir ternyata sesuatu yang masih dirindukan adalah nuansa bulan Ramadhan yang seperti dulu.
Dahulu bulan Ramadhan terasa jauh lebih sederhana tetapi bersahaja. Rindu dengan Ramadhan yang lebih sakral, bukan Ramadhan yang konsumtif. Rindu dengan suasana atmosfer langit yang berbeda pada saat Ramadhan, namun sekarang tak begitu berbeda dengan bulan biasanya. Rindu dengan masyarakat takbir keliling dengan membawa obor. Walau terkesan ndeso tetapi itulah yang paling dirundukan. Rindu sholat tarawih tanpa dihantui covid-19. Rindu dengan penceramah yang no hatred speech dan judmental. Rindu dengan tayangan di bulan Ramadhan yang mempunyai value. Rindu dengan tayangan sahur yang menghibur. Bahkan rindu dengan tayangan adzan bernuansa pedesaan. Rindu mudik dan persiapannya. Makin lama suasana Ramadhan semakin biasa saja.
Pergeseran makna Ramadhan yang hanya sebagai momen selebrasi. Euforia bukber, berburu diskon, adu outfit lebaran, dan segala macam kehedonan terselubung. Meskipun auranya berubah namun Ramadhan tetap spesial yang setiap tahunnya ditunggu oleh umat muslin di seluruh dunia. Ramadhan tetap suci, Ramadhan tetap istimewa, dan semoga Ramadhan membawa keberkahan untuk kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H