Pada suatu sore warga di suatu wilayah perumahan dikagetkan dengan kedatangan mobil ambulance. Mereka saling bertanya siapakah yang memanggil ambulance ? namun tidak ada satupun dari mereka yang mengaku. Kalau begitu lalu siapakah yang pulang diantar dengan ambulance?
Ambulance berhenti di depan lapangan. Kemudian turunlah dari dalam ambulance yang tak lain warga setempat yaitu Pak Jamal. Seketika Pak Jamal dikerumuni warga ada apa Pak Jamal pulang diangkut ambulance.
Pak Jamal menjelaskan bahwa ia sengaja membawa pulang ambulance karena mobil ambulance ini sudah dibeli oleh nya. Ia membeli ambulance bekas untuk ia gunakan sebagai mobil pribadi. Rencananya mobil ambulance bentukan APV ini akan ia rombak menjadi layaknya mobil keluarga.
Wargapun heran bukan kepalang mengapa Pak Jamal nekat seperti tidak ada mobil second di luar sana. Atau bisa saja harganya lebih murah terlebih melihat Pak Jamal bekerja di rumah sakit dan terbilang sudah senior sehingga untuk mendapatkannya mungkin bisa lebih mudah.
Namun bukankah akan memakan biaya yang tidak sedikit jika nantinya ia perlu merombak keseluruhan cat dan interior mobil. Bagaimana tidak, karena tidak mungkin jika ia berwisata atau ke sekedar ke mall menggunakan ambulance. Dan tidak mungkin juga ia pergi mudik mengendarai ambulance, nantinya keluaraga di kampung akan kaget mayat siapa yang diantar ?? aneh sekali Pak Jamal. Begitulah para tetangganya saling berspekulasi.
Karena Pak Jamal tidak mempunyai garasi, maka “mobil baru” miliknya itu ia parkirkan di lahan kosong dekat lapangan. Lahan tersebut dikelola warga sebagai tempat parkir mobil bagi warga yang tidak memiliki garasi karena peraturan di RW mereka adalah setiap kepala keluarga yang memiliki mobil wajib membuat garasi karena mobil dilarang parkir di depan rumah atau bahu jalan. Jika tidak memiliki garasi maka mobil bisa parkir di lahan kosong tersebut dengan membayar iuran sebesar Rp150.000/bulan.
Awalnya warga mengira Pak Jamal akan segera merombak mobilnya namun ternyata Pak Jamal masih dalam tahap menabung untuk biaya perombakan tersebut, sehingga entah sampai kapan tampilan ambulance masih bertengger di sudut lahan.
Awalnya mereka tidak masalah sampai pada suatu malam seorang warga sebut saja Pak Isnu yang datang dari luar kota dan tiba jam setengah dua pagi, ia memarkirkan mobilnya di lahan parkir, setelah ia turun dari mobil ia samar-samar melihat seperti ada orang di dalam mobil ambulance milik Pak Jamal. Setelah ia dekati ia melihat sosok pocong duduk di bangku penumpang sebelah supir. Seketika itu ia langsung lari. Ia panas dingin dan menceritakan hal ini pada istrinya.
Namun istrinya berkilah mungkin ia sedang lelah sehingga pikirannya mudah terganggu. Keesokan harinya seorang hansip yang biasa dipanggil Mang Jupri sedang berpatroli, ia melewati lahan parkir dan seperti biasa memeriksa mobil-mobil takut-takut ada maling menyusup.
Semua mobil ia telusuri kecuali ambulance Pak Jamal, karena menurutnya toh siapa juga yang akan mencuri mobil ambulance. Ketika ia berbalik membelakangi ambulance tersebut tiba-tiba ada suara srek.. srek.. gubrak.. gubrak.. ia kaget dan langsung menoleh.
Mang Jupri memperhatikan seperti ada sedikit kegaduhan di dalam ambulance. Malingkah ? atau ada orang mesum di dalam. Entah kenapa seketika ia merinding, dan ia pun memberanikan diri mengintip sembari ancang-ancang dengan tongkatnya kalau-kalau ternyata maling maka akan segera ia sergap.