Lihat ke Halaman Asli

Pulang Kampung atau Pulang ke Rahmatullah?

Diperbarui: 3 Juni 2019   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

" Fadhi ...ayo dek kita udah mau berangkat nih ..!" teriak seorang ibu memanggil anaknya yang sedang bermain di rumah tetangga. Sang anak pun menjawab "iya mah..bentar". Kemudian seorang anak laki-laki berumur 12 tahun itu berpamitan dengan temannya. Ia dan keluarganya akan berangkat mudik malam ini menggunakan mobil pribadi. Setelah keluarga itu pamit dengan para tetangga, berangkatlah mereka menuju kampung halaman di Pati, Jawa Tengah.

Dalam perjalanan, Fadhi bercerita pada kelaurganya "kasian ya si Bima. Lebaran ini ga pulang kampung gara-gara papa nya mati". Sang ibu langsung merespon "sst..jangan bilang mati. Tapi meninggal". Lalu sang ayah memberi tanggapan "iya kasian si dek tapi mau gimana lagi udah kehendak Allah..". Hanya kakaknya yang tidak mengikuti obroln karena sudah tidur walau baru sebentar perjalanan. Fadhi pun melanjutkan ceritanya "tadi kan aku main ke rumah Bima, trus Bima cerita, sedih deh...soalnya dia ga nyangka lebaran taun ini bakal jadi anak yatim." Suasana mulai hening. Fadhi melanjutkan ceritanya "Bima bilang padahal papa nya janji kalo lebaran nanti pas pulang kampung mau diajak jalan-jalan ke Jatim Park, soalnya dia udah hapal surat An-Naba..buat ngerampungin hapalan juzz ke 30"

Bima adalah teman sebaya Fadhi di komplek rumah. Ayahnya baru meninggal di pertengahan bulan Ramadhan. Kebetulan almarhum ayahnya yaitu Pak Yono adalah guru mengaji di lingkungan rumah mereka. Ia meninggal karna serangan jantung mendadak. Bima dijanjikan sang ayah jika mampu hafal setidaknya satu juzz Al-Quran dan Bima sudah hafal juzz ke 30, liburan nanti akan jalan-jalan ke Jatim Park. Kebetulan kampung halaman mereka ada di Lamongan, jadi jaraknya masih bisa dijangkau. 

Namun selamanya janji itu tidak dapat ditepati, sang ayah lebih dulu meninggal. Keluarganyapun tidak mudik karena masih akan disibukan dengan persiapan tahlil 14 hari kematian Pak Yono. Pak Yono sendiri dikenal sebagai orang yang baik walaupun gaya bicaranya ceplas ceplos yang mungkin jika lawan bicaranya akan tersinggung jika belum mengenal baik Pak Yono. Walaupun ia bukan ustad penceramah namun Pak Yono cukup dihormati oleh masyarakat sekitar. Warga mempercayakan Pak Yono sebagai guru ngaji untuk anak-anak mereka.

Sedangkan keluarga Fadhi adalah warga baru. Mereka baru 6 bulan pindah di sini. Agar Fadhi cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, maka ibunya memasukkan Fadhi ke tempat belajar Al-Quran Pak Yono. Mengaji dimulai setelah sholat maghrib.

Saat baru pertama kali Fadhi datang, ia sangat canggung, ditambah ada beberapa anak yang mengejeknya berhubung ia adalah anak baru. Setelah giliran Fadhi selesai ia sudah tak betah dan ingin segera pulang, padahal seharusnya masih ada sesi lain. Fadhi meminta izin kepada Pak Yono "Pak saya mau pulang ya pak.." Pak Yono yang sedang membimbing anak lain menjawab "nanti dulu ya..belum selesai.." Fadhi terus meminta "Pak Pulang ya.." Pak Yono masih menjawab "iya nanti dulu".

Fadhi tak henti merengek "Pak pulang ya pak". Pak Yono pun kesal dan dengan suara agak tinggi berkata pada Fadhi "pulang sana ke Rahmatullah,,!" Alhasil Fadhi ditertawakan semua murid. Keesokan harinya Fadhi enggan berangkat mengaji, kemudian ia disusul oleh anak Pak Yono yang tak lain adalah Bima yang juga sama-sama murid di pengajian. Rupanya Bima diutus ayahnya untuk mengajak Fadhi kembali bergabung. Bima juga meminta maaf karena ikut menertawakan Fadhi, ia juga meminta maaf jika ayahnya membuat Fadhi takut, dan menjelaskan ayahnya tidak bermaksud galak hanya saja gaya bicaranya yang demikian.

Semenjak itulah Fadhi dan Bima menjadi teman dekat. Fadhi pun sering bermain ke rumah Bima, dan sudah terbiasa dengan Pak Yono. Saat Bima bercerita pada Fadhi bahwa ia kerap membantu tugas sekolah pada seorang gadis di sekolahnya agar bisa mendapat perhatiannya, namun Bima mengatakan gadis itu bukan gadis yang baik karena ternyata gadis itu lebih menyukai temannya.

Menguping pembicaraan anaknya, Pak Yono langsung spontan berkata "bukan cewenya yang ga baik tapi temen kamu berarti lebih ganteng daripada kamu. Hahaha..lagian ngapain sih masih kelas 6 SD kamu mikirin cewe.,inget ya setoran hafalan." Memang seperti itulah Pak Yono yang suka berkata to the point namun tak bermaksud menyakiti. Fadhi sering belajar di rumah Bima karena Pak Yono juga bisa mengajar pelajaran sekolah berhubung dahulu adalah seorang guru namun sekarang sudah berhenti dan lebih memilih membuka usaha sendiri.

Sementara itu di perjalanan mudik sudah setengah perjalanan, keluarga Fadhi berhenti di rest area untuk istirahat dan makan sahur. Saat di tengah percakapan, ayah Fadhi meyampaikan nanti bulan depan akan mengajak Bima ke Dufan sebagai ganti ia tidak jadi pergi ke Jatim Park. Fadhi sangat senang mendengarnya. Meski ia sudah beberapa kali pergi ke Dufan namun ia tetap antusias karena ingin berbagi kebahagiaan pada sahabatnya itu.

Fadhi pun jadi teringat almarhum Pak Yono yang pernah berkata padanya bahwa pulang saja ke Rahmatullah namun kenyataannya dia sendiri yang lebih dulu ke pangkuan yang Maha Kuasa. Pulang yang sesungguhnya pulang. Jika kita ingin pulang kampung persiapan kita sungguh-sungguh matang mulai dari uang, kendaraan, barang-barang, stamina, dan lainnya. Tapi jika pulang ke Rahmatullah seperti apakah persiapan kita ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline