Lihat ke Halaman Asli

LPM, Jangan Sekedar Meliput

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak zaman dulu, pers merupakan lembaga yang urgent. Napoleon Bonaparte jenderal besar Prancis bahkan lebih takut terhadap goresan pena seorang penulis dibandingkan ribuan tentara. Pers memiliki peranan yang sangat strategis dalam menggiring opini publik. Di negara kita, kesadaran mengenai nasionalisme dan cinta tanah air pun salah satu nya dilahirkan oleh tulisan-tulisan para pemuda. Pers/koran sebagai kendaraannya ketika itu.

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) baik di tingkatan fakultas maupun universitas adalah sebuah “lembaga kehormatan” yang memiliki peranan me-managemen isu yang sifatnya independen, netral tanpa ditunggangi kepentingan apapun selain fakta dan realitas, selain itu sebagai media aspirasi perpanjangan mulut antara mahasiswa, birokrasi bahkan pemerintah.

Seiring berjalannya waktu, peranan LPM sebagai kontrol kebijakan kebijakan dan pembentukan opini mulai beralih. LPM hampir kehilangan jati diri. Tidak lagi tajam, justru mulai merambah dunia humas (hubungan masyarakat) yang tujuannya mengekspos  pemberitaan saja.

Banyak tulisan yang tersaji hanya sekedar liputan kegiatan kampus. Ruang diskusi meredup, kehidupan kampus pun berasa damai-damai saja. LPM seolah menjadi “teman yang baik” dari birokrasi, yang sering dicari untuk mempromosikan kampus, yang akan menulis dengan apik setiap event yang terjadi di kampus, bukan lagi menjadi media penampung aspirasi pro mahasiswa.

Efeknya sudah bisa ditebak, LPM tidak menjadi pena yang ditakuti oleh Napoleon Bonaparte, namun menjadi “anak buah kesayangan” birokrasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline