Kegiatan outdoor atau luar ruang, maka yang ada di benak kita pertama kali adalah ikut terlibat kegiatan seperti rafting, penelusuran gua, panjat tebing, perjalanan dinas atau ekspedisi pendakian. Dalam sebuah pengalaman, malam itu waktu menunjukkan pukul 8 malam di bulan ramadhan, sambil berselancar di media sosial, malam itu juga saya dikontak teman saya untuk memastikan rencana acara kecil yang pernah kami wacanakan sebelumnya, yaitu pergi mendaki dengan tujuan gunung merapi via jalur Selo Kabupaten Boyolali, akan dilaksanakan setelah lebaran yaitu tepatnya tanggal 16-17 Juli.
Entah mengapa kami begitu memilih kegiatan alam bebas dimana era saat ini menjadi kebutuhan lumrah perjalanan kita sebagai anak muda yang berusia antara 19-30 tahun, kesamaan hobi, visi dan saling pengertian tentu kami harapkan di sini, sebelum akhirnya di sebuah kedai saya dan teman-teman berkumpul untuk mendiskusikan, betul, sebuah perencanaan.
Saya membuka percakapan diskusi ringan, dan mencatat pada secarik kertas mulai dari kapan waktu berangkat kapan waktu pulang, jumlah orang yang ikut, transportasi, porsi makan, akomodasi dan hal darurat lainnya semua saya catat serinci mungkin termasuk Itinerary perjalanan, maklum, jujur sebelumnya saya pribadi belum pernah menyambangi gunung merapi, padahal sebelah saya sudah melalang buana berbagai gunung didaki.
Setelah deal atas sepakat tim yang berjumlah 6 orang terdiri dari satu perempuan dan lima laki-laki akhirnya kami putuskan iuran 200 ribu rupiah per individu sebagai administrasi perjalanan, berikut memastikan rincian untuk apa saja, secara ketat kami muntahkan apa saja uneg-uneg yang perlu di kupas agar saat pelaksanaan nanti tidak ada yang 'ngedumel', yang sering terjadi ketika saya ikut di beberapa kegiatan umum adalah minim koordinasi dan komunikasi antar individu, yang penting asal berangkat beres dah, meskipun dalam acara kecil.
Yang membuat administrasi menjadi semrawut dan muncul dilematis adalah ketika teman sudah positif ikut, tiba-tiba mendekati hari H membatalkan secara sepihak, duh gusti, mana alokasi sudah dibuat sedemikian ternyata dibatalkan, beruntung hal itu segera saya oper dengan teman lain yang bersedia.
Antara Bolpoin, Kertas dan Ponsel Pintar
Berhubung perjalanan yang saya lakukan adalah perjalanan darat, kami memilih naik mobil jenis MPV, pada secarik kertas saya tulis mencakup; biaya registrasi atau simaksi, perlengkapan, isi perut, sewa mobil dua hari, akomodasi dan biaya cadangan darurat lainnya dalam amplop putih terhimpun uang milik saya dan teman-teman yang akan digunakan untuk kebutuhan selama dijalan.
Dalam hati kadang wanti-wanti harap-harap cemas ini cukup apa tidak? uh, sudahlah yang penting optimis terlaksana, saya memastikan apa yang telah disepakati bersama, meskipun dalam perjalanan selalu ada pihak ketiga yaitu situasi seperti prakiraan bensin kurang, ban kempes, banjir, kecelakaan dan kena tilang dijalan, sehingga saya dan teman-teman perlu cermat dalam mengambil keputusan.
Singkat cerita, saat kami tiba di basecamp barameru, kami pun langsung membayar cash registrasi per individu, karena seminggu sebelum berangkat, saya sudah telepon dan memesan dengan bagian registrasi basecamp langsung dilayani, lalu mengurus uang makan dan biaya 'ngopeni' alias menghidupi sopir selama sehari semalam karena tidak ikut mendaki, setelah semalaman mendirikan tenda di pasar bubrah kemudian berfoto ria, turun sambil pungut sampah menuju basecamp, akhirnya kami pun bersiap-siap untuk berpamitan dengan Pak Samsuri selaku ketua basecamp barameru, teman saya yang perempuan, pun bertanya apakah dana masih ada? ada lagi yang tanya, apakah kita sampai rumah tepat waktu?
Teman lain mengimbuhi, heh, sudah pada mandi belum sih? dengan rasa tersipu kami menciumi ketiak kami masing-masing, hehehe. oh iya, hari itu menujukkan pukul 5 sore saat istirahat di kediaman pak samsuri sambil santai saya sodorkan kondisi dana; pemasukkan dan pengeluaran saat itu, sah-sah saja karena saya lebih prioritas menjaga rasa kepercayaan tim kami apalagi dengan orang yang baru kenal daripada untuk hal yang habis sekali pakai.
Mencoba konsisten terhadap rencana, sebab biasanya apabila waktu tersisa, maka kemungkinan besar ada kesempatan untuk melakukan hal lainnya, kecuali sudah mentok. Hujan sore itu menemani perjalanan kami pulang, sesampainya di rumah, teman-teman pun percaya mulai dari bukti nota makan, tiket simaksi dan khususnya dana, hanya saja ada sedikit tambahan iuran dijalan dengan maksud untuk jaga-jaga dan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dan ternyata masih ada sisa sedikit.
Oh iya, saat itu saya juga memanfaatkan ponsel pintar selain untuk GPS yaitu melalui memo sangat membantu dalam mencatat atau melihat susunan jadual, begitu selesai saya langsung sebar lewat sms, bbm dan media social kepada teman tim, lumayan saya usulkan untuk cetak foto dokumentasi ukuran 4R biar semua kebagian, dan teman-teman pun mengiyakan.