Lihat ke Halaman Asli

Kerangka dalam Ilmu Sejarah, Syeikh Jalaluddin Al-Suyuthi III

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

CATATAN PENGAJIAN SOROGAN KITAB TURATS

“ASY-SYAMARIKH FII ‘ILMI AT-TA’RIKH”

KERANGKA DALAM ILMU SEJARAH

SYEIKH JALALUDDIN AL-SUYUTHI

oleh:

Dr. Hisyam Al Kamil

Cairo, 2 Oktober 2014

Selama Bani Israel berada di Mesir, Tanah Palestina diduduki oleh Bangsa Amaliq sehingga Bani Israel takut untuk merebut kembali Tanah Palestina sehingga Allah SWT mengutuk Bani Israel untuk menghuni di Semenanjung Sinai selama 40 tahun. Selama di Semenanjung Sinai, Bani Israel meragukan Nabi Musa AS sehingga Nabi Musa AS menaiki gunung untuk menerima wahyu dan berjanji kepada bani Israel untuk meninggalkan Bani Israel di kaki gunung selama 30 hari akan tetapi kembali ke Bani Israel pada hari ke-40 dan sebagai gantinya, Nabi Harun AS diminta untuk menjaga keimanan Bani Israel.

Selama di atas gunung, seorang bernama Samiri memprovokasi Bani Israel untuk mengingkari Allah SWT dan membuat patung dari emas yang dimiliki. Ketika Nabi Musa AS turun gunung membawa 10 pesan aturan, terkejut atas kondisi Bani Israel dan marah keada Nabi Harun AS yang telah berusaha bertahan dengan beberapa Bani Israel. Allah SWT kemudian mengutuk Samiri menjadi monyet dan mati di tengah gurun. Allah SWT memerintahkan kepada Bani Israel untuk saling membunuh sebagai bentuk taubat. Terdapat 70 orang yang masih bersama ajaran Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kemudian naik ke atas Gunung Thur akan tetapi memiliki permintaan yang aneh yaitu ingin melihat Allah SWT secara langsung. Pancaran cahaya Allah SWT menggoncang Gunung Thur hingga  mereka mati. Nabi Musa AS meminta Allah SWT untuk menhidupkan dan mengampuni mereka dan dikabulkan.

Bani Israel baru berani masuk ke Tanah Palestina ketika Bani Israel bertanya kepada Nabi Samuel AS agar mengangkat seseorang dari Bani Israel sebagai pemimpin. Nabi Samuel AS mengatakan bahwa Allah SWT mengangkat Talut sebagai pemimpin akan tetapi Bani Israel menolak karena Talut adalah orang miskin. Nabi Samuel AS mengatakan bahwa Talut memiliki kemampuan dalam kecerdasan dan kekuatan jasmani serta memiliki tabut dengan beberapa lembaran 10 Pesan Aturan Nabi Musa AS yang dibawa oleh malaikat sehingga Bani Israel melihatnya seperti terbang di udara. Kemudian keluarlah Bani Israel ke Tanah Palestina dan ketika tiba di sebuah sungai, Talut mengatakan bahwa yang telah meminum air tidak masuk dalam pasukannya sehingga jumlah pasukan Talut hanya 319 orang atau riwayat lain seperti jumlah tentara Nabi Muhammad SAW dalam Perang Badar.

Ketika pasukan Jalut datang, terdapat gagasan untuk menantang duel dengan Jalut satu lawan satu dan bagi tentara Bani Israel yang bersedia akan dijadikan menantu oleh Jalut dan mewarisi kerajaannya. Maka majulah Nabi Daud AS melawan Jalut dan menang dengan melempar tiga batu tepat di kepala Jalut sampai mati. Bani Israel memasuki Tanah Palestina dan Talut menepati janjinya.

Setelah Nabi Daud AS, Nabi Sulaima AS mewarisi kekuasaan Nabi Daud AS sebagai putra mahkota yang menjadikan Palestina sebagai negara yang kuat dan membangun Kota Yerusalem bersama bangsa-bangsa yang bermukim di Tanah Palestina termasuk Bangsa Arab. Nabi Sulaiman AS memiliki 200 istri salah satunya adalah Ratu Saba Balqis dari Yaman yang sebelum menikah dengan Nabi Sulaiman AS telah masuk Islam kecuali pengikutnya dan mengetahui bahwa Nabi Sulaiman AS tidak menginginkan kekuasaan akan tetapi menginginkan agar Bangsa Saba masuk Islam.

Sepeninggal Nabi Sulaiman AS, Kerajaan Bani Israel melemah terecah menjadi empat kerajaan dan runtuh diserang oleh Emperium Persia sehingga sisa Bani Israel yang tidak dibawa ke Tanah Persia pada tahun 580 SM menuju Semenanjung Arab menetap di Yatsrib (Madinah) dan belajar bercocok tanam.

Kisah Bani Israel berlanjut dengan kembalinya Bani Israel ke Tanah Palestina yang dikuasai oleh Emperium Romawi. Allah SWT mengutus Nabi Zakaria AS yang merupakan seorang pengerajin kayu untuk Bani Israel dan mengasuh Siti Maryam AS anak Imran yang merupakan guru Nabi Zakaria AS yang memiliki anak yaitu Nabi Yahya AS. Ketika Gubernur Romawi untuk Tanah Palestina berencana menikahi keponakannya dan itu melanggar norma, Nabi Yahya AS menolak tegas. Gubernur Romawi untuk Tanah Palestina memerintahkan untuk mencari dan memenggal Nabi Yahya AS dan kemudian kepala Nabi Yahya AS diserahkan kepada keponakan gubernur sebagai hadiah akan tetapi keponakannya mati ketika melihat kepala Nabi Yahya AS. Nabi Zakaria AS kemudian dicari dan bersembunyi di dalam pohon akan tetapi Iblis membisiki pohon mana yang menjadi persembunyian Nabi Zakaria AS kepada tentara Romawi dan pohon tersebut digergaji. Enam bulan dari syahidnya Nabi Zakaria AS, Allah SWT mengangkat Nabi Isa AS sebagai nabi.

Nabi Isa AS adalah anak Siti Maryam AS yang tanda kelahirannya menyampurnakan pembagian kelahiran manusia. Nabi Adam AS lahir tanpa bapak dan ibu. Siti Hawa AS lahir tanpa ibu dan hanya dari bapak (Nabi Adam AS) saja. Manusia lainnya lahir dengan bapak dan ibu. Sedangkan Nabi Isa AS lahir tanpa bapak dan hanya dengan ibu (Siti Maryam AS) sesuai kehendak Allah SWT. Kata "Maryam" dalam Bahasa Ibrani berarti seorang hamba wanita yang merupakan nazar Imran agar anaknya menjadi pelayan Allah SWT di Baitul Maqdis sehingga Nabi Zakaria AS membuat kamar kayu untuk Siti Maryam AS. Kenabian Nabi Isa AS merupakan kenabian terakhir Bani Israel sebelum Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT mengangkat Nabi Isa AS ke Langit Kedua untuk menyelamatkan Nabi Isa AS dari pengkhianatan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline