Lihat ke Halaman Asli

Muqaffi

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling UPI

Regulasi Emosi Mahasiswa dengan Stres Akademik

Diperbarui: 18 Desember 2024   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berdasarkan hasil analisis riset  mengenai regulasi emosi mahasiswa, ditemukan bahwa kedua aspek utama dalam regulasi emosi, yakni Cognitive Reappraisal dan Expressive Suppression, berada dalam kategori sedang. Data ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres akademik umumnya memerlukan intervensi khusus guna meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola emosi.

Analisis lebih lanjut dilakukan yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa pengembangan kemampuan terkait regulasi emosi yang perlu dilakukan. Dari aspek Cognitive Reappraisal, secara umum diperlukan penguatan perilaku yang berorientasi pada pencapaian tujuan dalam regulasi emosi serta pengendalian dorongan untuk merespons emosi secara impulsif. Sementara itu, dari aspek Expressive Suppression, diperlukan strategi yang lebih efektif untuk mengelola serta menerima emosi yang sedang dirasakan.

Kedua aspek ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses penguasaan kemampuan regulasi emosi, seseorang perlu memiliki beberapa keterampilan penting, yakni: (1) keyakinan diri dalam menghadapi masalah, (2) kemampuan mengurangi emosi negatif yang dirasakan, (3) keterampilan menenangkan diri setelah mengalami emosi yang berlebihan, (4) kontrol diri saat diliputi emosi negatif, dan (5) kemampuan mengontrol respon yang ditampilkan ketika berada dalam situasi emosional yang intens.

Lebih dalam lagi, hasil analisis menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kemampuan regulasi emosi yang lebih baik cenderung memiliki tingkat stres akademik sedang hingga rendah. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki kemampuan regulasi emosi yang kurang baik cenderung mengalami tingkat stres akademik yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa penguasaan kemampuan regulasi emosi memainkan peran penting dalam proses studi mahasiswa.

Dampak Regulasi Emosi Terhadap Penurunan Stres Akademik:


Kemampuan regulasi emosi yang baik memiliki dampak signifikan terhadap penurunan stres akademik. Mahasiswa yang mampu menerapkan strategi regulasi emosi secara efektif cenderung lebih siap dalam menghadapi tuntutan akademik, seperti tugas yang menumpuk, ujian, maupun tekanan dari lingkungan belajar. Strategi seperti Cognitive Reappraisal membantu mahasiswa untuk melihat situasi akademik dengan perspektif yang lebih positif, sehingga emosi negatif dapat dikurangi dan fokus terhadap solusi dapat ditingkatkan.

Selain itu, kemampuan Expressive Suppression yang optimal memungkinkan mahasiswa untuk mengendalikan respon emosional mereka dalam situasi yang menekan, sehingga mengurangi risiko tindakan impulsif yang dapat memperburuk situasi. Dengan demikian, mahasiswa yang memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik akan lebih mampu menjaga keseimbangan emosional, mengatasi tantangan akademik secara lebih rasional, dan menghindari dampak buruk stres berkepanjangan, seperti kelelahan mental dan penurunan motivasi belajar.

Adapun strategi regulasi emosi yang dilakukan oleh responden pada aspek Cognitive Reappraisal meliputi tiga fokus utama:

  1. Perubahan keyakinan diri, yang menggunakan strategi situation selection, situation modification, attentional deployment, dan cognitive change.
  2. Pengurangan emosi negatif, dengan strategi situation selection, situation modification, cognitive change, dan response modulation.
  3. Menenangkan diri, melalui penerapan strategi attentional deployment, cognitive change, dan response modulation.

Sementara itu, pada aspek Expressive Suppression, strategi regulasi emosi yang digunakan responden memiliki dua fokus perubahan:

  1. Pengendalian diri, dengan strategi situation modification, attentional deployment, cognitive change, dan response modulation.
  2. Kontrol respon, dengan menerapkan strategi attentional deployment, cognitive change, dan response modulation.

Dari sisi demografis, analisis menunjukkan bahwa usia dan jenis kelamin tidak memiliki perbedaan signifikan dalam strategi regulasi emosi mahasiswa. Namun, dari segi urutan kelahiran, ditemukan adanya perbedaan yang cukup beragam dalam cara mahasiswa melakukan regulasi emosi.

Hasil riset ini memberikan gambaran bahwa pentingnya penguatan kemampuan regulasi emosi dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam menekan tingkat stres akademik mahasiswa. Dengan regulasi emosi yang baik, mahasiswa diharapkan mampu menjalani proses belajar secara lebih tenang, fokus, dan produktif, sehingga keberhasilan akademik dapat lebih mudah dicapai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline