Fenomena remake di industri kreatif terutama industri perfilman sudah bukan hal baru lagi. Tren ini sudah eksis sejak puluhan tahun lalu, yang awalnya hanya ramai di pasar Hollywood, kini hampir setiap negara seolah-olah ikut berlomba-lomba me-remake film atau serial, dari mulai yang klasik sampai yang terbaru dan sukses di pasarnya.
Meskipun begitu, tren remake ini belum sepenuhnya digandrungi oleh semua lapisan penikmat film dan serial. Masih banyak yang skeptis dan menentang ide remake, apalagi untuk karya-karya yang bagus atau karya kesukaan mereka.
Sosiolog Nancy Wang Yuen mangatakan, remake seringkali menuai kontroversi karena tidak dapat menerjemahkan maksud simbolis yang ada dalam versi aslinya. Hal ini tentu disebabkan oleh kondisi masyarakat yang berbeda antar negara atau generasi.
Menurut kacamata penulis dan sebagian besar penikmat film, kebanyakan film remake tidak menyajikan kualitas yang bagus, salah satunya yang banyak dikritisi khususnya oleh kritikus adalah hilangnya budaya dan simbolisme. Yang paling banyak menjadi sorotan sebenarnya ketidakpiawaian para pegiat film untuk menyandingi versi remake dengan versi asli dalam berbagai aspek dalam film, yang mana hal tersebut sebenarnya memang sangat sulit untuk dilakukan.
Selain itu juga, yang menjadi keresahan orang-orang adalah versi remake terkadang jauh lebih terkenal dari versi aslinya, terutama untuk hasil remake dari industri yang lebih besar dan dikenal. Tentu jika sudah begitu, tidak sedikit orang yang mengklaim versi remake sebagai karya orisinil dan tidak menghargai versi aslinya.
Dibalik dari segala kontroversinya, tren remake ini tentu akan terus eksis karena sudah menjadi produk dalam industri. Pada dasarnya, mendaur ulang media kreatif sebenarnya sah-sah saja, sebab tidak ada batas dalam dunia kreatif.
Eksisnya tren remake ini juga bukan semerta-merta karena para pegiat di industri media kreatif sudah kehabisan ide, namun memang ada alasan lain yang mendorong mereka selain faktor komersial, seperti perkembangan kecanggihan teknologi yang dapat membuat beberapa aspek dalam film terlihat lebih baik dan pengembangan ide cerita yang layak diceritakan kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H