Lihat ke Halaman Asli

Rerintih Orang Tua

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

jejerit hati membacok mata,hingga darah
bernanah mengucur..
tidur panjang dan mimpi yg menipu kini
terbabad oleh kalut hati bapak yang tak
kunjung usai...

naakk...buih keringat bapak sudah habis
tenaga juga sudah tak sekuat mudamu..

nakk...kapan cawanmu akan penuh..?
lekaslah pulang nak,agar dahaga bapak
terobati manisnya isi cawanmu..

kekata itu mencambuk hati nan
membalikkan periuk merobohkan
bendungan air mata yg lama ini
menggenang tenang damai bersama
kemalasan..

naakk...bapak kini telah lapuk,terbujur
lemas menantikan sesuap nasi yg selama
ini kau cari..

nakk...bapak kini sering mengigau
menceritakan keberhasilanmu yg mungkin
telah menghantuinya...
naaakk...jawab pertanya'an bapak dan
ibumu ini...
naaaak,..lekaslah pulang dan bawakan kami
secercah jawaban tuk mengobati lapar dan
dahaga...

Naak... ciptakan lekuk bibir bapakmu yg dulu pernah ada,buatlah ia tersenyum sebelu senyum itu tak lg ada..

Naak..berikanlah sehelai nafasmu yg menyejukan hatinya,sebelum nafas bapak lepas..

Naak..kami menantikan jawabanmu yg dapat melegowokan dada pada lapuk usi ini,kami tak mau alasan yang membuahkan tangis hingga menutup nafas kami..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline