Lihat ke Halaman Asli

Cuaca yang Bikin Merana

Diperbarui: 30 April 2024   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

          Belakangan ini cuacanya sedang tak menentu ya? Di siang hari terasa panas dan terik sekali, ketika mulai memasuki waktu sore, tiba-tiba awan hitam mulai berkumpul di langit, seakan panas yang tadinya kita rasakan di siang hari bisa terlupakan begitu saja dengan berubahnya suasana menjadi mendung yang datang mengepung. Membuat sebagian orang bertanya-tanya, apakah bumi memang sudah tua?

          "Waduh, tau-tau udah mendung aja sih, perasaan tadi masih panas!" kalimat spontan itu yang dikeluarkan Putri, saudara perempuan saya, ketika melihat suasana langit. Kebanyakan orang mungkin akan menganggap sepele fenomena ini.

"Hmm iya nih, lagi pancaroba" sahut Ningsih mendengar kalimat yang diucapkan Putri. Iya, cuaca yang tidak menentu ini biasa disebut pancaroba. Pancaroba merupakan masa peralihan antara dua musim utama di antara iklim muson, yaitu di antara musim penghujan dan musim kemarau, pancaroba biasanya terjadi pada 2 periode, pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau biasanya terjadi di bulan Maret - April, sedangkan pancaroba antara musim kemarau dan musim penghujan terjadi di bulan Oktober -- Desember.

          Nah, salah satu dampak dari pancaroba ini adalah dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, metabolisme, dan meningkatnya serangan penyakit. Seorang dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Carolus Jakarta, Laurentius Aswin Pramono mengatakan "Di musim pancaroba ini biasanya terjadi peningkatan jumlah pasien yang datang ke rumah sakit, yang paling sering adalah batuk, pilek, dan rasa panas di tubuh meskipun kadang tidak disertai kenaikan suhu tubuh. Tenggorokan juga terasa kering dan sakit untuk menelan. Inilah yang oleh masyarakat disebut panas dalam"

          Di belahan negara Asia Tenggara lainnya bahkan merasakan yang lebih ekstrem lagi, di Thailand tercatat suhu maksimumnya mencapai 52C, Pemerintah Thailand juga mengatakan sengatan panas (heatstroke) telah memakan korban sedikitnya 30 orang di tahun ini. Bergeser ke Manila, Filipina, pada awal April. Sejumlah sekolah bahkan terpaksa membatalkan kelas tatap muka, karena temperatur di ibu kotanya menembus 42C.

          Menyikapi perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini sebenarnya cukup sederhana, yakni dengan menjaga pola makan, pola istirahat, menjaga agar tubuh tetap terhidrasi dan juga olahraga, karena jika daya tahan tubuh kita rendah, hal ini lah yang dapat menyebabkan kuman dan virus hinggap di tubuh kita, sehingga kita dapat dengan mudah terserang penyakit.

          Menjaga lingkungan sekitar tetap asri juga merupakan salah satu langkah yang baik, mengingat cuaca yang dapat berubah amat cepat, dari yang tadinya panas terik menjadi hujan dengan intensitas yang tinggi, yang tentu berpeluang menyebabkan bencana banjir jika kita tidak menjaga lingkungan tetap bersih dan tidak membuang sampah pada tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline