"Sebenarnya sudah lama saya ingin menanyakan ini ke Kakek, dan sepertinya malam ini adalah kesempatan yang tepat mumpung bisa berdua sama kakek di Pos Ronda ini" Ungkapku membuka pembicaraan.
"Mau nanya apa, sepertinya serius... jangan susah susah pertanyaannya saya ini Orang Bodoh" kata Kakek Tamparang sambil terkekeh.
"Ya nggak susahlah kek, ya tapi nggak gampang juga... hehehe... Jadi gini kek, selama ini saya kan sering memperhatikan kakek dan saya tidak pernah melihat kakek beribadah, orang kampung aja banyak yang gak tau kakek ini agamanya apa. Orang kampung taunya Kakek bisa dibilang Tulang punggung dikampung ini, yang ngangkut sampahnya orang kampung ya kakek, yang pertama turun tangan kalo ada hajatan ya kakek, yang sering dimintai bantuan jika ada yang butuh bantuan dikebunnya ya kakek, yang menanami dan merawat banyak pohon berbuah di pinggir jalan dan ditempat tempat umum di kampung ini ya kakek, bahkan kalo kakek panen buah sebagian besar orang kampung akan menikmatinya, bahkan yang Jaga Kampung ini di sebagian besar malam ya kakek juga, seperti malam ini kalo pos ronda ini kosong... Kakek ini sepertinya punya energi yang tak terbatas"Jelasku panjang lebar.
"Trus pertanyaanmu apa?'' tanya kakek dengan muka polosnya.
"Ya itu tadi, Agama kakek apa? Tuhan Kakek siapa? Tanyaku langsung ke pokok rasa penasaranku.
Kakek menghisap rokoknya dalam dalam seakan mencari perbendaharaan kata di dalam dirinya untuk disampaikan kepadaku, lama kakek menatap kosong ke areal persawahan di depan kami yang riuh oleh bunyi kodok dan jangkrik yang bersahut sahutan.
"Nak, waktu muda dulu sebagian besar waktuku habis untuk mencari Siapa yang layak untuk aku sembah, ajaran mana yang mengajarkan Tuhan yang Sejati karena semua Ajaran mengatakan bahwa Tuhannyalah yang benar, jika saya menyembah Tuhan yang salah betapa ruginya hidupku yang cuman sebentar ini" Kakek tamparang berhenti sejenak.
Mendengar itu saja, saya terhenyak mengapa itu tak pernah terlintas dipikiranku. Mengapa saya begitu yakin dengan Tuhan yang disembah oleh orang tua dan kakek nenekku serta leluhur leluhurku sudah benar.
''Sampai akhirnya saya menyadari bahwa semua ajaran mengajarkan agar kita memiliki Sifat sifat yang Mulia, sifat sifat yang terpuji, sifat yang penuh cinta dan kasih sayang serta menebar sebesar besarnya manfaat untuk kehidupan... Bahwa semua Ajaran jika diperas intisarinya Hakikatnya sama saja, Sifat sifat Mulia yang dianggap sebagai Sifat sifat Ketuhanannya sama saja" Lanjut Kakek tamparang sambil tersenyum dengan senyum lembutnya yang khas.
"Yang Penting bukan Tuhan apa yang engkau sembah, Tapi sejauh mana engkau berserah diri... Sejauh mana engkau bisa meletakkan keinginanmu, nafsumu dan egomu... Sejauh mana engkau mempersembahkan hidupmu untuk Menyampaikan Sifat sifat Ketuhanan di muka bumi ini... Siapa Tuhanmu itu tidak Penting, yang penting adalah Sifat sifat Ketuhanan apa yang telah engkau berikan kepada Kehidupan, dan sampai saat ini saya masih belajar dan berusaha untuk menyampaikan sifat sifat mulia dan terpuji dari Ketuhanan sebisa bisaku, semampu mampuku dengan waktu dan jasadku yang sangat terbatas ini... " Matanya masih menatap kosong ke areal persawahan tapi beberapa tetes air matanya tak dapat terbendung dan mengalir menelusuri pipi keriputnya.