Berawal dari peristiwa pernikahan seorang gadis perawan yang bernama Ana dengan seorang laki-laki jejaka bernama Anto pada hari kamis tanggal 07 Juli 2002.
Ana yang nama lengkapnya Sariana adalah keturunan anak seorang Purnawirawan TNI (ayahnya) dan ibunya yang hanya sebagai ibu rumah-tangga beralamat di sebuah desa yang masih berada di lokasi perkotaan, sementara suaminya beralamat yang jarak rumah mereka sekitar tiga kilometer. Sebelum menikah, ana sangat disayangi dan di manja oleh kedua orang tuanya.
Bayangkan saja, ia tidak pernah disuruh oleh orangtua membantu pekerjaan di rumahnya. Ia membantu saat ia mau saja, sehingga pengalamannya bekerja sangat minim sekali.
Memasak saja ia tak mampu, karena selalu di kerjakan oleh ibu dan saudara-saudaranya. Kenapa begitu? Rupanya saat ibunya mengandung, ayahnya berharap sekali akan lahir seorang anak laki-laki. Lagi pula ketika masih kecil, ia sering sakit sampai remaja.
Sementara latar belakang pendidikan terakhirnya hanya lulusan SMA saja, serta keterampilan yang dimilikinya juga tidak lebih. Dia adalah anak ke enam dari delapan bersaudara.
Setelah Ana menikah, ia tinggal bersama suami dirumah mertuanya yang berada di pinggir pegunungan dan termasuk lokasi pedesaan. Tradisi dan keadaan masyarakat di Kampung itu tentu jauh berbeda jika dibandingkan dengan tempat tinggal ana sebelumnya yang berada di perkotaan.
Mulai saat itulah ia bekerja keras menyesuaikan diri dengan keluarga dan masyarakat di kampung tersebut. Di keluarga mertua, ia adalah menantu kedua dirumah itu. Suaminya adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ayah dan ibu mertuanya adalah seorang guru di sekolah dasar sebagai guru agama islam.
Ana yang sangat mencintai suaminya, telah menjadi bagian dari keluarga disitu. Ia yang sebelumnya bangun pagi sesuka hati, kini harus menyesuaikan diri. Disini ia cepat bangun pagi, karena harus membantu ibu mertuanya melakukan aktivitas setiap hari.
Bangun di waktu subuh ia lakukan untuk keluarga tersebut. Ibu mertua yang selain menyiapkan makanan pagi, ia juga membuat kue jajanan anak sekolah di tempatnya mengajar. Hal tersebut dilakukan mertua, karena anak-anaknya sedang butuh biaya sekolah.
Ana adalah menantu yang gigih membantu mertuanya. Hal tersebut ia lakukan karena hanya ia sendiri menantu yang ada disitu, sementara anak dan menantu tertua tidak bersama mertua lagi yang sudah mandiri. Setiap pagi ia melakukan aktivitas di keluarga itu, seperti mengambil air minum yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari rumah, memasak, menyiapkan makanan anggota keluarga, mencuci piring atau pakaian, menyapu rumah, membantu membuat kue untuk jualan ibu mertua dan lainnya.
Ayah dan ibu mertua sangat sayang kepadanya, karena ia rajin sekali dirumah itu. Kegiatan tersebut beberapa bulan dialami ana dirumah itu. Ia juga bergaul dengan tetangga dan keluarga yang dekat dengan rumah mertua. Ia juga terkenal ramah terhadap tetangga dan keluarga sekitar, yang sesekali juga membantu mereka jika diperlukan.