Piala AFF kali ini mendapat sorotan istimewa dari berbagai pihak. salah satu hal yang menjadi perhatian bahwa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia, seperti tag line telkomsel begitu dekat begitu nyata melalui antusiasme kita menyaksikan laga timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia pada partai final yang baru saja usai. namun yang menjadi pertanyaan saya adalah akankah nasionalisme itu masih tetap ada dalam semangat kita. Akankah tawuran antar supporter di liga Indonesia di masa lalu tak akan terjadi lagi di masa mendatang? itu saja saya belum bisa pastikan. apalagi membayangkan spektrum nasionalisme kita menyentuh banyak sisi kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan seterusnya.
Mungkin terlalu pagi saya menyimpulkan bahwa nasionalisme yang kita bangun sekaitan momentum kebangkitan sepakbola nasional kita melalui ajang piala AFF ini hanyalah sekedar pelarian dari ketidak mampuan kita bersatu dalam konteks politik. ketidak mampuan kita menyamakan persepsi dalam menghadapi tekanan-tekanan ekonomi global, atau kegagapan kita terhadap arus komunikasi budaya antar bangsa yang kita hadapi.
Garuda di dadaku, kalimat singkat namun sanggup membangkitkan semangat timnas berjuang mencapai kemenangan, meski tak sanggup membawa pulang gelar juara. Namun masihkah kita sanggup menjaga agar garuda tetap di dada ketika konflik-konflik politik berkelindan di sekitar? Akankah garuda itu kita ingat ketika harta menguasai jiwa dan raga hingga tak lagi peduli akan keterbelakangan di sekitar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H