Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun mental.[1] Sehingga dikatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana seseorang mulai mengenal segala hal, mulai mengikuti perubahan dan perkembangan zaman, sehingga remaja saat ini disebut juga dengan remaj Gen Z atau kaum Milenial.
Milenial memiliki kemampuan bawaan menguasai teknologi, seperti kemampuan multitasking dalam penggunaan perangkat digital. Karakteristik. Gen Z adalah tingginya pemahaman mereka akan teknologi. Hal ini karena sejak lahir sudah bersentuhan dengan gawai. Gen Z merupakan orang yang lahir pada kurun 1995—2010. Mereka disebut sebagai penduduk asli digital karena sejak usia dini telah terpapar oleh internet dan telfon genggam.[2]. oleh karena itu remaja saat ini adalah remaja yang up to date dalam bidang teknologi, dan masa ini disebut juga dengan Era Digitalisasi atau Revolusi Industri 4.0.
Pada era ini, hampir semua aktivitas dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui internet yang mana dominan penggunanya adalah remaja. Tenaga manusia semakin tergantikan oleh mesin. Salah satu perkembangan teknologi pada era ini yaitu perkembangan teknologi komunikasi.saat ini, semua orang bisa berkomunikasi dengan mudahnya hanya melalui smartphone, baik individu antar individu, individu antar kelompok, atau kelompok dan kelompok, semua dapat dilakukan dengan sangat cepat dan mudah. Jarak tidak lagi menjadi hambatan komunikasi. Kita dapat berinteraksi kepada siapapun di seluruh penjuru dunia. Dengan banyaknya kemudahan-kemudahan yang terdapat pada teknologi smartphone yang terhubung dengan internet dan mendorong jumlah pengguna smartphone di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.
Ketergantungan mereka terhadap teknologi menimbulkan perubahan sosial budaya secara nyata baik dalam bertindak maupun bersikap. Banyak dari mereka cenderung menjadi anak yang individualis, egosentris, kurang merealisasikan nilai dan norma, ketidakpekaan, krisis identitas, dan lebih mengenal budaya luar juga kurang mampu memecahkan masalah.[3] Era revolusi industri 4.0 membawa dampak besar ke dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat dan perubahan perilaku terutama pada remaja. Ketergantungan mereka kepada smartphone menjadi salah satu penyebabnya, karena didalam smartphone terdapat berbagai situs media online dengan ketersediaan berbagai fitur untuk membentuk komunikasi dan mencari informasi melalui dunia maya atau sosial media. Jaringan sosial siswa golongan generasi Z sangat luas, mereka dapat berinteraksi melalui media sosial dengan berbagai kalangan. Ketersediaan aplikasi-aplikasi media online seperti Instagram, YouTube, Twitter, Telegram, Snapchat, dan lainnya memudahkan mereka dalam membangun interaksi sosial diluar lingkungan secara instan. Ketersediaan komunikasi sosial ini tidak hanya dari media sosial saja namun juga melalui sebuah permainan atau game, pada laman-laman game mereka disediakan fitur untuk melakukan komunikasi langsung dengan pemain lain.
Bisa dilihat bahwa luasnya jaringan sosial ini juga akan membawa peran besar bagi tumbuh kembang anak-anak nantinya. Melihat permasalahan seperti ini kita harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang kuat terkait perubahan sosial budaya remaja generasi Z era revolusi industri 4.0.[4] Kurangnya pemahaman remaja tentang Pengaruh Industri 4.0 Terhadap Generasi Z dapat menyebabkan berbagai masalah seperti rawan akan serangan cyber, Hoax dan tidak dapat lepas dari gadget atau sosial media. perubahan tersebut dapat memberikan berbagai macam hal, baik dari sisi positif maupun sisi negatif.
Perilaku Generasi Z saat ini sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih menyukai hal-hal secara instan dan cepat. Dampaknya adalah kurangnya komunikasi verbal yang mereka lakukan, karena mereka lebih terbiasa berkomunikasi melalui media sosial. Selain itu, intensitas pertemuan secara langsung juga turut berkurang dan bisa menimbulkan efek canggung ketika terjadi pertemuan fisik dan akhirnya mereka tenggelam dengan gadget lalu berbagi fokus antara dunia maya dan dunia nyata dengan orang yang ada di hadapan mereka. Hal ini tentu sering kali kita jumpai pada era sekarang ini, dimana manusia lebih senang berfokus terhadap gadget mereka dibandingkan mengobrol secara langsung dengan orang yang ada di hadapan mereka.
Pada era digital ini, self concept remaja tidak hanya dibangun melalui kehidupan di dunia nyata tetapi juga dipengaruhi oleh dunia maya. Tanggapan-tanggapan dari orang lain melalui media sosial akan membentuk self concept mereka seperti jumlah followers, like, maupun komentar-komentar orang lain. Respon positif dari nettizen akan memperkuat identitas diri remaja sehingga self esteem-nya tinggi, sedangkan respon negatif dari netizen seringkali membuat remaja merasa tidak disukai sehingga self esteem-nya akan rendah. Selain itu, media sosial juga menjadi wadah bagi para remaja dalam mencari identitas diri. Mereka cenderung akan mengikuti figur idola yang dilihatnya melalui media sosial sehingga figur tersebut menjadi role model bagi mereka.[7]
Efek perkembangan teknologi dapat dijadikan sebagai kekuatan ketika para penggunanya, terutama para remaja dapat menggunakannya secara bijak dan mengambil manfaat yang ada di dalamnya untuk membentuk kepribadian individu yang positif. jadi, kita sebagai makhluk sosial harus selalu mempunyai interaksi secara tidak langsungsaja, melainkan secara langsungjuga sangat penting, dan kitaharus bisa memilah-milih yang baik dan buruk bagi kita.