Lihat ke Halaman Asli

Filosofi Kopi

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

FILOSOFI KOPI

Kali ini saya akan menceritakan sinopsis sebuah buku yang berjudul FILOSOFI KOPI karya Dewi lestari yang di kenal dengan Pena dee, karyanya di luncurkan oleh Majalah Tempo yang di bagi menjadi delapan belas bagian/cerita dan kemudian di jadikan dalam satu buku. Kumpulan cerita dan prosa satu decade 1995 – 2005, Karya sastra yang terbaik 2006 pilihan Majalah Tempo.

( ini adalah karya tulisan perdana saya, mohon kritik dan saranya, dan harap maklum )

“ Kopi ” siapa sih yang tidak mengenal kata itu, kalau di hitung-hitung mungkin sudah jutaan atau milyaran kali kata itu disebut oleh penikmat kopi sejati. Kalau dalam segi bentuk dan bahanya sudah keliatan, bahan sederhana itu hanya kopi + gula, akan tetapi semakin majunya perkembangan zaman, kopi semakin bervariasi warna dan rasa, bahan yang digunakan juga tergolong heterogen. Semakin banyak macamnya, sampai-sampai seumur hidup saya baru bisa menikmati beberapa macam kopi, harapanya sih “ bisa mencicipi semua kopi di dunia ini, dari berbagai macam olahan dari barista-barista kopi terbaik. Lebih mirip ke cita-cita sih, tpi ga papa ah, namanya juga keinginan bebaskan.

Awalnya, melihat dari judulnya FILOSOFI KOPI, saya sebagai salah satu penikmat kopi sangat tertarik untuk membacanya. Seperti biasa, buat tambahan obrolan di salah satu warung deket stasiun kota baru Malang ketika meminum kopi bersama taman-teman saya,, hehehe, di lihat dari covernya sudah mencerminkan dengan warna kopi Black dan Cappucino, wah ini perlu saya baca dhong.

Bahasa yang di gunakan sangat simple, anak SMP pun bisa memahaminya, diatur sedemikian rupa dengan monolog-monolog kecil tapi membuat kita ingin selalu membacanya sampai selesai. Komentar dari salah satu pembaca ; “FX Rudy Gunawan : cerpen-cerpen Dee itu persis racikan kopi dari tangan seseorang ahli peramu kopi : harum, menyegarkan, dan nikmat. Pahit, tapi sekaligus mengandung manis.”

Kalau dari saya sendiri sangat menikmati banget dari setiap tulisan demi tulisan, paragraph demi paragraph, seperti terpedaya oleh bahasanya dan masuk kedalam sebuah cerita-cerita yang menjadi nyata. pembaca seolah-olah dibawa masuk ke dalam wahana kopi terbaik, yang pembuatannya sangat memerlukan ketelitian dan kesabaran. Mulai dari temperature, suhu, dan langkah-langkah pembuatan kopi. lebih lengkap lagi ketika membaca ditemani dengan secangkir kopi dan sebatang roko. Hahahaha,

Buku ini menceritakan persahabatan Ben dan Jody, karakter yang di tampilkan oleh penulis, di awalai dengan Ben yang tergila-gila dengan kopi, dia menyempatkan dirinya keliling dunia untuk mencari racikan-racikan kopi terbaik. Bermodalkan bahasa yang sebisanya, Ben rela mengemis untuk bisa masuk kedalam ruang barista agar bisa mendapatkan bahan dan racikan kopi ternikmat sejagat raya (rada lebay dikit). Jody sebagai teman karib Ben, hanya mendukung semua yang dilakukanya dan siap membantu dengan segenap kemampuanya. Singkat cerita, Ben dan Jody akhirnya membukai warung kecil-kecilan, untuk mengasah minat dan bakat yang dimilikinya, hari berganti hari, warung yang di beri nama “FILOSOFI KOPI” itu ramai di datangi penikmat kopi, sampai-sampai orang yang awalnya tidak suka kopi, ingin mencicipi kopi yang di buat, dan akhirnya menjadi penikmat kopi juga.

Dalam perjalan warung FILKOP, sapaan akrab oleh penikmat kopi, itu tidak selalu berjalan mulus. Ada saja kendala yang di hadapi Ben dan jody, mulai dari biaya dan kreasi racikan-racikan kopi terbaru yang harus mereka ciptakan, agar pelanggan tetap di manjakan dengan rasa kopi yang mereka buat.

Monolog tentang FILOSOFI KOPI

“Seperti pilihan anda ini, cappuccino. Ini untuk orang yang menyukai kelembutan sekaligus keindahan. ” Ben tersenyum seraya menyorong cangkir. “ anda tahu, cappuccino ini kopi paling genit?” (Filosofi Kopi, Dewi Lestari 2006 ; 4)

“Bagaimana dengan kopi Tubruk?” seseorang bertanya iseng.

“lugu, sederhana, tapi sangat memikat kalau kita mengenalnya lebih dalam,” Ben menjawab cepat. “ Kopi tubruk itu tidak peduli penampilan, kasar, membuatnya pun sangat cepat. Seolah-olah tidak membutuhkan skill khusus. (Filosofi Kopi, Dewi Lestari 2006 ; 5)

Itulah sedikit sinopsi dari buku Dewi Lestari yang berjudul “FILOSOFI KOPI.” kalau mau lebih lengkap ceritanya coba baca aja bukunya, lumayan, buat nambah pengetahuan dalam hal Filosofi kopi,,, hahahahaha,, Salam KOPI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline