Judul Novel: Kasta Penulis: Wahyu Triani (Witri Prasetyo Aji) Penerbit: Bhuana Sastra Tahun Terbit: 2017 Jumlah Halaman: 224 halaman ISBN: 978-602-394-876-5 Peresensi: Muna Roidatul Hanifah (@muna_muuu)
Membincang tentang kasta, apalagi dikaitkan dengan kisah percintaan, tentu sangat dramatis. Terlebih di era millenial ini, teknologi semakin memfasilitasi terciptanya kesetaraan untuk setiap anggota masyarakat. Problem cinta beda kastapun semakin kerap menimbulkan gejolak.
Novel Wahyu Triani yang pertama terbit pada tahun 2017 ini sukses menarik perhatian masyarakat luas kala itu karena menawarkan kisah percintaan yang unik. Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa daya tarik pertama dan terbesar dari novel ini adalah Pulau Bali sebagai latar tempatnya.
Intrik Kasta memang cukup memantik rasa penasaran banyak orang. Konsep tersebut menjadi bagian tidak terpisahkan dari budaya, warisan tradisi dan sosial masyarakat Bali. Apalagi, saat ini sistem tersebut sudah tidak ditemukan di banyak wilayah Indonesia yang lain. Jadilah Kasta lebih identik dan khas milik Pulau Dewata.
Sebelum cerita dimulai, penulis menyebutkan daftar nama-nama tokoh sekaligus peran mereka di halaman awal. Tercatat ada 9 tokoh yang bermain dalam cerita ini. Pada bagian ini, pembaca mulai menyadari bahwa mereka akan berhadapan dengan alur yang kompleks untuk mengarungi 224 halaman buku ini.
Adapun tokoh utama dalam novel ini bernama Rani, Widya, Hendra, dan Sari. Pemilahan (saya) pribadi ini berdasarkan intensitas dan dominasi porsi mereka dibandingkan 5 tokoh yang lain.
Diceritakan, Rani adalah seorang mahasiswi di sebuah kampus ternama di Denpasar. Ia lahir dari keluarga berkasta Brahmanadan bertempat tinggal di sebuah griya mewah di Ubud. Sedangkan Widya adalah seorang tukang tato biasa di sebuah salon di Kuta. Di salon itu juga, Rani pertama kali bertemu Widya.
Singkat cerita, rupanya kedua insan itu sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama. Jujur, bagian ini sangat menarik. Pasalnya, kedua insan yang sedang kasmaran tersebut seakan-akan sepakat untuk saling bertemu setiap hari, entah jalan-jalan di Sanur, Tanah Lot, hingga Legian. Dari sini, penulis mengajak pembaca untuk ikut menikmati panorama yang dijalani oleh Rani dan Widya.
Jika latar tempatnya adalah tempat lain, mungkin kesannya akan berbeda. Namun ini tentang Bali, surga wisata internasional dari Indonesia. Meskipun deskripsi yang penulis sampaikan mengenai latar tempat terhitung singkat, tetap saja pembaca masih bisa merasakan suasana seperti yang dialami kedua tokoh kasmaran tersebut.
Selanjutnya, konflik dimulai ketika Widya mulai menemukan firasat buruk terhadap hubungannya yang baru mulai merekah dengan Rani . Berawal ketika ia mengetahui bahwa Rani berasal dari Ubud dan tinggal di sebuah Griya. Sejak itu Widya tahu, keduanya mungkin akan terperosok dalam jurang perbedaan kasta yang tidak bisa mereka nafikan.
Sementara itu, Rani juga tidak kalah terkejut ketika tahu, Ajik dan Biangnya telah berencana menjodohkannya dengan teman sang kakak. Tentu saja, yang mempunyai kasta sama dengan keluarganya. Dialah Hendra.