Pendidikan berbangsa dan bernegara merupakan elemen penting dalam membangun identitas dan kesadaran kolektif suatu bangsa. Di era milenial, perkembangan teknologi dan globalisasi telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk bagaimana pendidikan diberikan dan diterima. Namun, ada kekhawatiran bahwa pendidikan berbangsa dan bernegara mulai kehilangan relevansinya di kalangan generasi milenial.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi hilangnya pendidikan berbangsa dan bernegara di era milenial.
* Perubahan Dinamika Sosial dan Teknologi
Generasi milenial, yang lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 2000-an, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan akses informasi. Internet, media sosial, dan perangkat digital telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Hal ini membawa dampak signifikan pada cara mereka berinteraksi, belajar, dan mengonsumsi informasi. Sayangnya, perhatian yang besar terhadap teknologi sering kali mengalihkan fokus dari aspek penting lain, termasuk pendidikan berbangsa dan bernegara.
* Kurikulum yang Kurang Relevan
Salah satu penyebab utama hilangnya pendidikan berbangsa dan bernegara adalah kurikulum yang dianggap kurang relevan dengan kebutuhan zaman. Materi yang diajarkan sering kali terlalu teoritis dan tidak menghubungkan siswa dengan realitas sehari-hari mereka. Padahal, untuk menarik minat generasi milenial, materi pendidikan perlu disampaikan dengan cara yang kontekstual dan praktis.
* Pengaruh Globalisasi
Globalisasi membawa dampak besar terhadap identitas nasional. Generasi milenial terpapar oleh budaya dan nilai-nilai dari berbagai belahan dunia melalui internet dan media. Hal ini dapat memperkaya perspektif mereka, tetapi juga berpotensi melemahkan identitas nasional jika tidak diimbangi dengan pendidikan berbangsa yang kuat. Pendidikan berbangsa dan bernegara harus mampu menanamkan rasa bangga dan cinta tanah air tanpa mengesampingkan pentingnya memahami dan menghargai keberagaman global.
* Peran Orang Tua dan Lingkungan
Pendidikan berbangsa dan bernegara tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga orang tua dan lingkungan sekitar. Di era milenial, kesibukan orang tua sering kali mengurangi waktu yang bisa dihabiskan bersama anak untuk mendiskusikan nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, lingkungan yang kurang mendukung, seperti komunitas yang apatis terhadap isu-isu kebangsaan, juga dapat mempengaruhi penanaman nilai-nilai ini.
Namun ada banyak solusi untuk mengatasi tersebut agar pendidikan berbangsa dan bernegara tidak hilang ditelan zaman, diantaranya adalah :
1.Revitalisasi Kurikulum : Kurikulum perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan materi pendidikan dengan cara yang lebih menarik dan interaktif. Contohnya, penggunaan aplikasi edukasi, gamifikasi, dan video interaktif yang dapat menarik perhatian siswa.
2.Integrasi dengan Kegiatan Ekstrakurikuler : Nilai-nilai kebangsaan dapat ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, kegiatan sosial, dan program pertukaran pelajar. Kegiatan-kegiatan ini dapat memberikan pengalaman langsung dan nyata mengenai pentingnya rasa kebangsaan.
3.Pelibatan Orang Tua dan Komunitas : Orang tua dan komunitas perlu dilibatkan dalam pendidikan berbangsa dan bernegara. Mereka dapat berperan sebagai teladan dan menciptakan lingkungan yang mendukung penanaman nilai-nilai kebangsaan.
4.Penggunaan Media Sosial dengan Bijak : Media sosial bisa menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan. Kampanye atau gerakan yang positif dan kreatif di media sosial dapat menarik perhatian generasi milenial dan menginspirasi mereka untuk lebih mencintai dan menghargai bangsanya.
Hilangnya pendidikan berbangsa dan bernegara di era milenial adalah tantangan yang serius, tetapi bukan tanpa solusi. Dengan penyesuaian kurikulum, integrasi kegiatan ekstrakurikuler, pelibatan orang tua dan komunitas, serta penggunaan media sosial yang bijak, kita dapat mengembalikan pentingnya pendidikan ini dalam membangun identitas nasional yang kuat di kalangan generasi milenial. Tantangan ini harus dijawab bersama oleh semua pihak, baik pemerintah, pendidik, orang tua, maupun masyarakat luas.