Mungkin sebagian dari masyarakat Cikarang, Cileungsi, Cibinong, hingga Parung Panjang pernah mengetahui tentang salah satu proyek strategis Kementrian Perhubungan (Kemenhub) tentang membangun jalur Lingkar lintas luar dengan rute Sungai Lagoa-Parung Panjang via Cikarang dan Citayam. Jalur itu tadinya dibangun untuk mengurangi atau paling tidak menghalangi masuknya kereta angkutan barang masuk ke Ibukota. Namun proyek ini menemui hambatan, karena adanya krisis moneter ditengah jalan pada akhir tahun 1997 hingga 1998. Namun pasca pemulihan krisis tersebut, proyek yang sudah dimulai sejak awal dekad 1990-an, akhirnya menemui jalan buntu, hingga akhirnyat pada tahun 2000, PT KAI mengoperasikan sebuah kereta elektrik diesel dengan rute Manggarai-Nambo sebagai penggantinya sebelum akhirnya PT KAI lewat anak perusahaanya PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) membuka Rute Nambo-Jakarta Kota via Citayam.
Meskipun sampai saat ini jalur kereta tersebut masih sampai Stasiun Nambo, namun ada dorongan dari berbagai pihak untuk meneruskan proyek jalur Lingkar luar Jakarta tersebut hingga Stasiun Cikarang dan Parung Panjang. Tuntutan ini mungkin sebagai keluh kesah dari masyarakat, karena akses untuk menuju Bekasi, Karawang dan sekitarnya kini harus apa-apa transit terlebih dahulu di Stasiun Manggarai, dan ini merupakan bentuk penguluran waktu dibandingkan apabila sudah ada jalur Lingkar luar tersebut. Perkara ini dapat dilihat bagaimana masyarakat yang berasal dari domisili yang diluar jangkauan untuk menggapai Kereta Api Jarak Juh (KAJJ) yang harus terlebih dahulu menuju ibukota. Ini tentu lebih merepotkan dan juga melelahkan bagi sejumlah penumpang.
Proyek jalur kereta Lingkar luar seharusnya dapat diimbangi dengan momen meledaknya mobilitas penggunaan kereta api saat ini, misalnya kita dapat melihat pergerakan pengguna commuter line lintas Bogor-Jakarta dan Cikarang-Jakarta yang setiap harinya terus meningkat membuat keberadaan sejumlah kereta api jarak jauh juga terus bertambah. Ini sudah seharusnya menjadi PR bagi kita semua untuk memikirkan bagaimana menjaga mobilitas antar pengguna kereta agar tidak terganggu.
Mungkin ada kala benarnya jika kedepannya, seluruh stakeholder terkait masalah ini seperti PT KAI dan anak perusahaanya, BTP Jakarta, dan Kementrian Perhubungan (Kemenhub) memberi atensi untuk segera merealisasikan, paling tidak Commuter Line rute Parung Panjang-Cikarang via Citayam, menginggat saat ini kita bagi para pengguna transportasi publik memiliki pembiasaan transit apabila tidak sesuai dengan rute yang hendak dituju. Sehingga semula yang relasinya dari Sungai Lagoa-Parung Panjang diubah menjadi Parung Panjang - Cikarang.
Sebenarnya, ada beberapa trayek lainnya yang menurut saya juga nggak kalah penting seperti lintas Jatinegara-Tanjung Priok via Jakarta Internasional Stadium, dan juga Commuter Line rute Karawang. Kedua-duanya memang diperlukan, tapi yang trayek satu ini juga nggak kalah penting, apalagi jika sudah ada jalur Lingkar luar tersebut, masyarakat dari Parung Panjang dan Cibinong misalnya, nggak perlu jauh-jauh ke Manggarai, Gambir atau Pasar Senen terlebih dahulu untuk menggapai Kereta Api Jarak Jauh, toh sekarang juga sudah banyak KAJJ berhenti di Stasiun Cikarang, dan mungkin saja kedepannya makin banyak yang berhenti di Stasiun tersebut.
Intinya skala prioritas dan aspirasi publik harus didengar demi terwujudnya transportais publik yang ramah dan mengintegrasikan semua moda transportasi lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H