Pemilu 2024 sudah di depan mata, tahun ini sejumlah kandidat mulai digadang-gadang sebagai Calon Presiden untuk Periode 2024-2029 nanti, ada nama mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang kabarnya sudah dipinang oleh Partai Nasdem dan PKS yang tengah membentuk sebuah koalisi bernama "Koalisi Perubahan", lalu ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sudah ditetapkan oleh Partai PDI-P, dan terakhir ada nama Prabowo Subianto dari Partai Gerindra yang kabarnya juga membentuk koalisi bernama 'Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya'. Selain dua koalisi tadi, ada juga Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB yang terdiri dari Partai Golkar,Partai PAN, dan Partai PPP.
Seperti yang diketahui, bahwa Pemilu 2024 nanti, Presiden Jokowi akan menyelesaikan periodenya yang kedua setelah sebelumnya, Pria kelahiran Surakarta (Solo) ini terpilih menjadi Presiden RI sejak Pemilu 2014 dan 2019.
Artinya setelah ini, Pesta Demokrasi yang diselengarakan setiap lima tahun sekali ini, akan menentukan siapa yang bakal meneruskan atau melanjutkan tongkat ekstafet Presiden Jokowi ini, karena saat ini rakyat membutuhkan pemimpin yang dapat mengantarkan Indonesia menuju Indonesia 2045, dimana pada tahun itu, Indonesia akan berusia 1 abad dan ditargetkan akan menjadi maju dengan sumber daya yang melimpah, belum lagi rencanaya pada tahun itu, pemerintahan Indonesia ditargetkan sudah berada di Ibukota baru yakni IKN, yang berada di Kalimantan Timur, maka dari itu, siapapun yang terpilih nanti, harus bisa menyelesaikan warisan pembangunan zaman Presiden Jokowi saat ini.
Yang menarik pada Pemilu 2024 nanti adalah, jumlah pemilih muda atau pemilih pemula akan lebih banyak daripada pemilih yang lebih berpengalaman. Artinya pada Pemilu nanti, pemilih terbanyak adalah generasi muda dalam hal ini adalah Generasi Milenial atau Gen Y dan Generasi Zilenial atau Gen Z. Dua kelompok pemuda inilah yang akan menentukan nasib Indonesia selama beberapa tahun kedepan, karena ditangan dua kelompok inilah, Indonesia akan dilihat kemana arah bangsa ini ketika sudah berusia 100 tahun nanti.
Perhatian saya pada masalah ini khususnya kepada Gen Z, karena generasi ini lahir pasca reformasi atau yang lahir dan tumbuh besar di era 2000-an, sehingga dibutuhkan sebuah cara yang berbeda dengan generasi lainnya untuk menentukan atau mengarahkan generasi atau kelompok ini untuk berpartisipasi pada Pemilu 2024 nanti. Perlu diingat bahwa Gen Z ini dianggap menjadi generasi yang acuh atau tidak peduli pada politik, karena mereka lebih senang atau terpesona pada budaya-budaya yang menghibur, dikhawatirkannya dari pengaruh budaya ini, mereka akan bersifat apatis atau bahkan menjadi golongan putih pada Pemilu nanti.
Tapi, Gen Z ini tidak pernah lepas dengan namanya informasi, karena bagi mereka sekarang informasi sudah menjadi sebuah kebutuhan yang bersifat primer atau utama disamping seperti Sandang, papan, pangan, sehingga Gen Z menganggap informasi yang tadinya hanya sebatas sebuah hiburan atau pengetahuan, kini sudah bergesar perannya sebagai sebuah kebutuhan dasar dalam kehidupan mereka setiap harinya.
Terkadang, apabila ada sebuah informasi atau isu yang hangat beredar di masyarakat, Gen Z lebih sering mengkritisi masalah tersebut, dibandingkan dengan generasi yang lain, Gen Z juga lebih pro aktif bersuara kepada masyarakat terhadap sebuah informasi yang menurut mereka akan sangat mengedukasi dan memberi semangat dalam kehidupan mereka.
Sekelompok masyarakat yang tengah membuat isu hangat di publik, Gen Z biasanya langsung membahas dan mengikuti perkembangan isu tersebut, karena dimata Gen Z, isu diibaratkan seperti bola salju, jika semakin menggelinding ke bawah, maka isu tersebut telah membesar yang pada akhirnya akan membentuk sebuah opini publik yang bertujuan untuk memengaruhi kelompok lain dan juga menjadi sebuah agenda besar untuk membuat sebuah arahan yang baru dalam kehidupan masyarakat.
Ketika sudah terbentuknya Opini Publik, Gen Z juga ikut berpartisipasi didalamnya, dimana mereka berusaha untuk ikut membentuk dan juga ikut meyakinkan bahwa opini yang dibentuk dapat membuat kelompoknya maupun masyarakat luas merasa lebih senang dan sejahtera, karena adanya Opini yang terbentuk dari kalangan anak muda.
Inilah mengapa pentingnya sebuah Opini Publik di masyarakat, karena kita akan menemukan orang atau kelompok masyarakat yang memiliki sebuah keambiguan terhadap sebuah isu yang berkembang di masyarakat, sehingga dibutuhkan peran sebuah opinion leader untuk membentuk sebuah opini yang mencerdaskan para generasi muda dalam menyikapi atau menghadapi sebuah kejadian yang sedang hangat dibicarakan oleh publik, jangan sampai Opini Publik ini menjadi sebuah alat untuk merusak ataupun menjerumuskan Gen Z utamanya dalam menentukan pandangan mereka, karena Gen Z juga punya persepsi, sikap, ataupun pandangan yang berbeda-beda, namun sama dari segi usia dan juga pengalaman.
Gen Z dan Opini Publik adalah dua hal yang tidak dapat dilepaskan, tanpa Opini Publik, Gen Z tidak dapat ikut berpartisipasi di dalam masyarakat, karena hadirnya Opini Publik ini dapat membentuk karakter Gen Z dalam memperlihatkan cara mereka memandang sebuah isu terkini. Biasanya cara terbentuknya Opini Publik jaman dulu dan jaman sekarang sangat berbeda. Jika Jaman dulu Opini Publik lebih banyak terbentuk di dalam obrolan Warung Kopi (Warkop), kini Opini Publik dapat terbentuk lewat mana saja, termasuk platform media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan media sosial lainnya.