Lihat ke Halaman Asli

Mumtazah Naim

Murid MTsN Padang Panjang

Ketika Kesadaran akan Kebersihan Dirindukan

Diperbarui: 26 Januari 2023   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Andai Kita Semua Punya Rasa Cinta Akan Keindahan" judul ini sangat mengena di hati saya. Karangan ini di tulis oleh Ibu Martha Weda yang merupakan seorang Kompasianer yang populer. Karangan beliau banyak mengandung arti dan manfaat yang besar. Salah satunya tulisan ini.

Tulisan ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama memiliki judul "Bertanggung Jawab pada Kebersihan". Pada bagian ini, diceritakan bahwa di daerah Ibukota Jakarta sukar ditemukannya spot keindahan alam. Dikarenakannya di setiap sudut kota Jakarta sudah dipenuhi lautan sampah.

Kebanyakan tumpukan sampah ini berasal dari sampah produksi rumah tangga. Halaman rumah warga turut berserak. Selokan air saja sudah berganti warna hitam. Coba bayangkan betapa kumuhnya.

Yang sangat disayangkan, tak sedikitpun ada niat hati para warga untuk membereskannya. Seolah-olah bersih pekak tak peduli. Kesadaran dan kepekaan akan lingkungan jauh sudah menurun.

Peristiwa ini sebenarnya juga saya alami di kota tempat saya bermukim. Banyak di temui sampah beronggokan di sepanjang jalan. Kasihan melihat penyapu jalan yang pagi buta sudah mulai menyapu. Tetapi selang aktivitas sehari-hari dimulai, jalanan sudah tampak tidak berona.

Ini jelas sudah kesadaran masyarakat sudah minim sekali. Kadang pembuat kotor jalanan antara tidak peduli dengan lingkungan, atau memang tak punya kepedulian. Ini tak boleh dibiarkan berkembang.

Melangkah kepada bab kedua. Bagian ini di beri judul "Halaman Rumah Bukan Gudang". Bagian ini menceritakan bahwa masyarakat sekarang tak segan-segan menjadikan halaman rumahnya menjadi tempat penyimpanan barang tak dipakai lagi.

Bukan estetika yang ada, melainkan terganggunya pemandangan karena rumah yang terlihat berantakan. Apa susahnya menjual saja barang-barang itu? Selain mengurangi tumpukan pengganggu, kita juga setidaknya akan mendapatkan sedikit uang bukan?

Pemandangan seperti ini jarang saya jumpai. Bisa dihitung jari masyarakat yang melakukannya. Kebanyakan yang saya lihat, mereka lebih memilih menjualnya ke rongsokan daripada menumpuknya di halaman.

Sampailah di bab terakhir, yang dinamai "Pagar Bukan Jemuran". Dituturkan pada bagian ini, masyarakat sering menjemur baju, celana, selimut hingga underwear di pagar-pagar rumah. Tidak habis pikir, bisa-bisanya mereka menjemurkan pakaian dalam di depan rumah.

Setidaknya khusus yang pakaian dalam dijemur di tempat yang tertutup. Juga sebaiknya pagar yang dijadikan media penjemuran bisa diganti dengan besi atau kayu yang digantungkan, ini lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline