Lihat ke Halaman Asli

Gigih Mulyono

Peminat Musik

Final Piala Eropa 2024 Spanyol vs Inggris, To Be or Not To Be

Diperbarui: 14 Juli 2024   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

To be or not to be thats the question adalah penggalan solilokui dari lakon Hamlet Pangeran Denmark, karya besar William Shakespeare. Pujangga Inggris paling populer di dunia.

To be or not to be, barangkali kalimat lakon drama yang paling banyak dikutip oleh suatu pimpinan institusi atau seseorang saat saat berada pada situasi genting.

Mengutip kalimat itu, biasanya akan diikuti dengan suatu pencanangan tekad, optimisme dan langkah tindakan untuk meraih tujuan.

Namun sebenarnya dalam kisah Shakespeare itu, saat pangeran Hamlet berswabicara mengucapkan kalimat itu ketika dirinya sedang dalam dilema dan keraguan. Menimbang pilihan bimbang. Antara apakah saat itu akan lebih baik menyongsong kematian saja, lari dari kenyataan pahit. Atau tetap meneruskan kehidupan, menghadapi situasi dilematis nan muram.

Pangeran Hamlet pulang ke Denmark dari perguruan tempatnya menuntut ilmu di luar kota. Karena raja Hamlet ayahnya meninggal mendadak. Dan pamannya, adik laki - laki ayahnya telah menikahi ibunya. Pamannya saat ini juga memegang tampuk pemerintahan kerajaan Denmark sementara.

Masih dalam masa berkabung, di tengah malam hening dan gelap, dalam suasana hati duka, bimbang dan risau. Di puri kerajaan, Hamlet terperanjat saat ditemui jisim, hantu ayahnya. Jisim raja Denmark itu menyandang pakaian perang, lengkap.

Penuh amarah, raja Hamlet mengungkap kejadian sebenarnya musabab kematiannya. Hamlet anaknya mendengarkan sambil menggigil ketakutan.

Jisim sang raja mengatakan, sebenarnya dirinya tewas tak wajar seperti yang dikabarkan. Namun mati konyol telah dibunuh oleh adiknya sendiri. Saat sedang tertidur di taman, adiknya memasukan racun ke telinganya. Rajapun tewas seketika.

Rupanya sang paman kerasukan,  tak bisa menahan diri dari tindakan gila. Tersebab mencintai iparnya, ibu Hamlet. Juga serakah, mengincar tahta kerajaan kakaknya.

Kepada jisim ayahnya, masih menggigil ketakutan  pangeran Hamlet berjanji akan membalas dendam kepada pamannya.

Namun pangeran Hamlet adalah seorang pemikir dan filosof. Tidak pernah bertindak tergesa - gesa. Selalu menimbang dan merenungi sebelum mengambil keputusan penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline