Lihat ke Halaman Asli

Gigih Mulyono

Peminat Musik

Amerika Latin, Catatan Perjalanan 27

Diperbarui: 13 Mei 2020   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Machu Picchu. Dokpri


Dokpri

Teman teman dan banyak wisatawan tengah mengambil foto di spot spot terbaik berlatar belakang reruntuhan utama. Awak mendaki ke bukit lebih tinggi di sisi kiri.

Menyusur setapak berdinding bebatuan rapi. Di lapangan beberapa Llama dan Alpaca tenang merumput, nampak jinak. Sesekali pengunjung mendekatinya, berfoto bersama dengan hewan unik khas Andes itu.

Sampai di puncak lebih tinggi terdapat satu contoh hunian Inca kuno. Lengkap dengan atapnya, atap rumbia. Bird eye view semakin tinggi menampakkan betapa magicalnya Machu Picchu di tengah lingkungannya.

Penampakan bukit cula badak bernama Wayna Picchu, lembah Urubamba menghijau, petak petak terasering yang dulunya lahan pertanian. Kelokan sungai Urubamba dibawah sana bagai seekor ular membelit perbukitan. Paduan itu adalah lukisan alam harmonis elok mempesona.

Apakah yang ada di kepala Pachacuti, di pertengahan abad ke 15 saat menggagas pembangunan istana batu diatas bukit yang hebat ini? Visi luar biasa yang bisa dinikmati ratusan, bahkan mungkin ribuan tahun kemudian.

Seorang pengunjung berbaju merah berpose bak elang terbang. Dua tangan terentang ke kiri kanan, kaki kiri sebagai penopang, kaki kanan naik terangkat ke belakang. Satu pengunjung yang lain berakting seolah sedang menjumput puncak bukit cula badak. Aksi aksi yang akan menghasilkan foto foto signature.

Memandang 360 derajat sekeliling, teringat brosur tawaran tur menuju reruntuhan Machu Picchu dengan cara berbeda. Yaitu penjelajahan berjalan kaki. Ditawarkan paket 4 hari 3 malam, 3 hari 2 malam. Atau hanya seharian. Paket yang disebut Inca trail, dengan beberapa pilihan trek terkait dengan tingkat terjalnya medan. Trek ekstrim, sedang dan ringan. Yang terjauh penjelajahan dari Ollantaytambo.

Malam pertama menginap di base camp. Malam ke dua tidur di tenda tenda ditengah padang, star gazing menatap jutaan bintang bertaburan di biru langit. Tentu tidak sembarang peserta diperbolehkan. Harus yang benar benar fit, bugar berstamina kuat. Tur yang tidak match untuk para senior akan merambah lembah dan naik bukit terjal seperti ini. 

Usai menyerap aura dan pemandangan di puncak awak turun bergabung kembali dengan rombongan latam. Dipandu guide lokal, melalui gerbang utama kami menjelajah situs luar biasa ini.

Kuil kuil, plaza, hunian semua tersusun dari batu. Struktur yang kuat namun lentur. Batu batu terikat menyatu tanpa bahan perekat. Bila bumi dibawahnya terjadi gempa, struktur situs ini bergoyang menari, dancing stone. Ketika gempa usai, batu batu kembali ke tempat semula. Tidak runtuh.

Hal lain yang mengagumkan adalah arsitek dan sistem drainase. Meskipun daerah ini kaya akan hujan dan berdiri di medan dengan kemiringan tajam, namun berkat sistim drainase kuno yang canggih situs ini selamat dari terjangan banjir saat musim penghujan. Konon struktur komplek Machu Picchu enam puluh persen adalah dibawah tanah. Untuk perkuatan fondasi dan sistem drainase canggih. Hebat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline