Kami masuk baris Imigrasi bandara Iguazu. Di area batas pengantar, Marcelo melambai beradios adios. Senyum main mainnya tak lepas dari wajahnya, easy going. Easy going, easy come easy go terkadang dibutuhkan manakala menyikapi hal hal tertentu.Tetapi bagi Marcelo, kelihatannya easy going telah menjadi pondasi gaya hidupnya. Gaya yang menarik, membuat hidup terasa enteng dan gampang.
Senja menua, langit hampir gelap mendekat malam. Kami naik tangga manual pesawat berbadan sedang, tidak ada garbarata disini. Pesawat akan terbang malam.
Suasana bandara Iguazu di pedalaman, disekeliling hutan mengingatkan kenangan, Dejavu. Kenangan ketika masih sering terbang dengan pesawat kecil di Tanah Air bagian tengah dan timur. Lingkungan bandaranya ada miripnya.
Terbang dengan pesawat kecil di timur RI terkadang hanya 9 seats saja. Melayang diatas pohon kelapa. Dari Balikpapan ke Samarinda, Bontang, Sangatta, Tarakan. Atau ke Nunukan di utara Borneo berdekatan dengan kota Tawao Malaysia.
Terbang juga di wilayah paling timur dalam cuaca yang kadang tak menentu. Ke Ambon, Ternate, Sorong, Fak fak, Manokwari, Biak, Kaimana, Jayapura, Timika, Merauke. Rasanya saat saat itu belum lama terjadi. Sungguh kenangan tak terlupa.
Pemberitahuan pesawat latam segera take off. Mengencangkan sabuk pengaman. Berdoa, berharap terbang malam ini bakal baik baik saja, cuaca bagus.
Pukul delapan malam lebih, matahari baru angslup seluruhnya di cakrawala. Pesawat latam mengudara. Terbang ke barat, meninggalkan langit Iguazu negeri Samba.
5. Lima
Lima ibukota Peru adalah city of contras. Salah satu kota besar Amerika Latin terletak di pantai barat. Di tepian samudera Pasifik. Di sisi berbeda dengan kota Rio de Janeiro. Yang berada di pantai timur latam, di tepi samudera Atlantik. Sedangkan Iguazu sendiri berada di tengah latam bagian selatan. Kini kami terbang melawat ke barat.
Waktu Lima dua jam lebih cepat dibanding Iguazu. Take off pukul delapan lebih, terbang sekitar dua jam. Pesawat mendarat tengah malam waktu kota Lima.
Sudah lewat tengah malam, ketika kami very late dinner di resto hotel bandara. Traveler sejati selalu bisa menikmati segala situasi. Membabat habis segala makanan yang tersaji untuk tambahan energi. Meski sambil sedikit ngantuk.