Lihat ke Halaman Asli

Gigih Mulyono

Peminat Musik

Amerika Latin, Catatan Perjalanan 15

Diperbarui: 17 April 2020   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Devils throat Iguazu, dokpri


#Mandi Air Terjun#

Mandi, basah basahan digerojog langsung air terjun Iguazu adalah atraksi yang kami tunggu tunggu sore ini.

Melihat Iguazu dari udara, menikmati dengan  berjalan kaki di lembah dan puncaknya dari sisi Brazil maupun Argentina telah dilakoni. Kini saatnya menyusuri sungai Iguazu dengan speed boat dan masuk ke dalam salah satu air terjunnya untuk berbasah kuyup. Hitung hitung napak tilas jejak Naipi, perempuan cantik penyebab terjadinya Iguazu Falls yang menolak ditaksir dewa.

Dari tenggorokan iblis, rombongan makan siang di resto ramai di komplek taman nasional. Tidak ada live music seperti kemarin di Brazil. Prasmanan dengan sajian menu makanan sejenis. Bedanya kalau kemarin makanan juaranya ayam goreng, disini yang menjadi favorit adalah potongan potongan besar ayam bakar. Rupanya ayam dan cara memasak ayam latino ini benar benar special, delicious. Apalagi dengan olesan olive oil dan keceran lemon segar. Waduuh, terpaksa nambah nasi lagi.

Dari resto berjalan kaki ke pos pemberangkatan untuk menuju dermaga speed boat.

Truk bak terbuka kapasitas sekitar 25 orang telah menunggu. Truk meluncur berangkat penuh wisatawan. Para penumpang buru buru memasang topi dan payung menangkis panas mentari yang menyengat.

Untung tak berapa lama truk meninggalkan tempat terbuka, masuk jalan sempit rimba Iguazu.

Pemandu lokal latino dengan perawakan dan paras mirip Diego Maradona, pendekar pendek kekar berdiri di depan menjelaskan. Bahasa Inggris dan Spanyol nya cepat terhambur. Disekitar kicau burung dan suara angin mendesah menegaskan suasana hutan yang terjaga. Pohon pohon tinggi bergoyang. Sekali kali terlihat langit biru nongol diatas sana diantara pucuk pucuk pepohonan. Sekali kali truk terguncang, rombongan pelancong senior Nusantara meluncur di bumi antah berantah, di bagian dunia tak terbayangkan.

Udara tetap gerah walau ditengah hutan rimbun. Menyusuri jalan separo tanah sekitar 25 menit, truk sampai di pos akhir. Ternyata ini belum titik akhir pemberangkatan tur sungai.

Dari pos ini harus berjalan menuruni undakan menuju tepian sungai. Turunan nampak cukup curam dan jauh. Nyonya menatap turunan itu menarik nafas dalam, giris awang awangan mengelus lutut yang kecapaian.

Untungnya tongkat nordic tidak ketinggalan, cukup membantu meringankan ngos ngosan. Apalagi teman teman rombongan ngasih obat oles dan vitamin penguat tulang. Alhamdulillah sangat membantu. Terima kasih teman teman yang baik baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline