Lihat ke Halaman Asli

Gigih Mulyono

Peminat Musik

Amerika Latin, Catatan Perjalanan 13

Diperbarui: 17 April 2020   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iguazu Faals Brazil. Dokpri

#Air Terjun Iguazu#

Ojo gumunan ojo kagetan, nasihat pak Harto jaman Orba. Di Televisi, Radio dan Koran. Beda kontek dengan saat ini, ketika melihat betapa eloknya air terjun Iguazu.

Orang yang  tidak gumun, pelancong yang tidak kagum pasti telah hilang saraf dan cita rasa keindahannya. Jadi  dalam kasus ini, gumun dan kagum menjadi wajib, otomatis ketika menatap alam luar biasa ini. Subhanallah.

Namun sebelum berdiri di depan keindahan itu, kami usai menjajal sensasi terbang mengamati air terjun dahsyat berhias pelangi mejikuhibinilu.... merah jingga kuning hijau biru nila ungu...... meneruskan perjalanan menuju taman nasional Iguazu atau Iguasu.

Membayar tiket masuk taman nasional Iguazu, bus menuju resto untuk makan siang. Restoran panggung berbahan dominan kayu berada di dalam wilayah taman nasional. Dilingkungi hutan sub tropis Brazil, resto ini seolah mengapung diatas sungai Iguazu.

Siang itu resto resort ini sudah padat pengunjung. Makan siang tersaji prasmanan, buffet dengan berbagai jenis makanan Eropa, Asia, Brazilia di meja meja kayu panjang. Dipersilahkan ambil sesukanya. Asal ikut antri.

Seorang gadis remaja dipojokan, sendirian duduk di kursi bar memainkan gitar. Bernyanyi solo. Lagu lagu Ballad dilantunkan, sedikit menyejukan siang hari yang cukup gerah ditengah hutan Brazil Argentina ini. Boleh juga, cukup menghibur. Denting denting gitar menggelitik, ditingkahi olah vokal khas, cengkok musik country.

Makan siang bergairah setelah pagi tadi breakfast ala koboi. Makanan yang paling mengena di selera adalah potongan potongan ayam goreng ala latino. Yang rasanya pasti bakal terkenang, masih terasa walau sebulan berlalu. Kering, gurih kemrenyes menggoyang lidah. Siang itu ayam goreng menjadi bintang dan rebutan pengunjung.

Rombongan latam duduk di beranda tepat disisi sungai, hanya berbatas pagar kayu. Makan siang sambil melongok ke sungai. Terlihat Buaya di dasar sungai, diam membisu dengan permukaan kulit kelabu bergerigi mengerikan.

Makan siangpun usai, energi kembali pulih mengalir. Saatnya bertualang. Berjalan kaki merambah hutan menuju air terjun paling keren sedunia.

Tak jauh dari resto bus menurunkan rombongan di depan resort berwarna pink. Resort indah bergaya eklektik Spanish Victorian. Resort satu satunya di dalam taman nasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline