Lihat ke Halaman Asli

Gigih Mulyono

Peminat Musik

Amerika Latin, Catatan Perjalanan 9

Diperbarui: 18 April 2020   21:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samba Carnival Rio. Dokpri



Samba Carnival Rio. Dokpri

Bagaimana rasanya kembali menjadi anak kecil, walaupun kenyataannya telah berusia lebih dari setengah abad.

Para penonton karnaval malam ini dari remaja, dewasa, setengah tua, sudah tua, sangat tua semua bergembira. Larut dalam suasana. Tidak peduli gerimis dan hujan yang tak henti henti mengguyur arena. Para penonton karnaval memadati kiri kanan jalan Samba Dome tempat berlangsungnya karnaval. Kostum warna warni para suporter semarak bernuansa. Hijau, Kuning, Biru, Putih mendominasi. Itulah warna warna kebanggaan Brazil.

Menari menyanyi berperilaku seperti anak kecil. He he he juga termasuk awak.

Perilaku anak kecil yang gembira, ingin tahu, tanpa beban juga tak ada prasangka. Musik, nyanyian, tarian, kostum, warna ditengah sorotan lampu ribuan watt merubah malam basah dingin menjadi hangat penuh semangat. Anak anak kecil bertubuh dewasa itu gembira ikut bernyanyi dan bergoyang. Antusias ingin tahu barisan peserta berikutnya. Terlupakan sudah beban masa lalu atau masalah masa depan. Tak ada prasangka buruk apapun. Tak ada masa lalu yang suram, tak ada krisis dan wabah di masa datang. Hanya kegembiraan dan bahasa universal yang bicara. Musik, nyanyian, tarian, goyangan penuh semangat. Trance massal.

Malam itu bumi seolah berhenti berputar, tidak bergerak. Yang bergerak hanyalah ribuan orang larut dalam kegembiraan.

Tak ada lagi yang peduli dan ingin tahu, bahwa karnaval ini pada jaman Romawi kuno adalah persembahan dan pemujaan kepada dewa anggur. Dewa yang telah mengkaruniai anggur sebagai lambang gairah, kenikmatan dan kesehatan. Atau juga tak ada yang pingin tahu kalau karnaval ini sebagai perayaan menyambut musim semi. Setelah semua orang harus berjuang, survival ditengah derita dan menggigitnya musim dingin. Melupakan musim suram yang berlalu dan suka cita menyambut  musim semi penuh  bunga. Masa menabur dan memanen yang disambut dengan rasa syukur dan arak arakan kirab karnaval nan seronok.

Atau juga mungkin banyak yang tidak begitu mengerti, kalau karnaval berakar kata dari carnae daging dan vale pantang. Karnaval pada mulanya berarti tidak makan daging. Berpantang daging dalam menyambut puasa pra Paskah.

Kini karnaval berarti kegembiraan, kompetisi, katarsis untuk melupakan segalanya. Lupakan segalanya, kecuali bersuka cita. Hujanpun bukan apa apa, tak kuasa menghentikannya.

Karnaval adalah ajang kompetisi tahunan sekolah sekolah dan grup grup Samba di Brazil. Terutama yang berada di kota Rio de Janeiro.

Diikuti puluhan grup Samba. Malam itu 29 Februari adalah babak final penentuan para kampiun. Karnaval para calon pemenang. Champion Carnaval.

Arena karnaval jalan Sambadrome sepanjang 600 meter dan lebar 15 meter malam itu laksana siang hari. Terang benderang bermandi cahaya tersorot lampu lampu ribuan watt.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline