Lihat ke Halaman Asli

Gigih Mulyono

Peminat Musik

Kanada dan Alaska di Musim Gugur, Catatan Perjalanan 30

Diperbarui: 8 Desember 2019   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasifik map. Dokpri

Usai Mahrib. Hari masih terang, Mentari belum sepenuhnya tenggelam.

Dari jendela kamar, terlihat Ombak bergelombang di sisi Kapal. Siluet pulau memanjang di seberang, membayang kelabu tersaput kabut. Lukisan panorama alam di tengah lautan menjelang malam. Sayup, bisu.

Kapal melewati taman nasional terluas di Amerika. Tersohor dengan habitat flora faunanya yang liar, Tongass National Park. Crystal Symphony melaju, berlayar ke selatan.

Nyonya sibuk membaca Cerbung di WA. ADBM, Api di Bukit Menoreh. Cerbung yang telah menginjak sekian ribu episode. Kisah petualangan tokoh utama, Agung Sedayu. Remaja penakut dari desa Jatinom, yang nantinya menjadi komandan dan pelatih  pasukan elite kerajaan Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada masa raja pertama Mataram, Panembahan Senopati. Alias Sutawijaya Ngabehi Loring Pasar.

Puluhan tahun lalu, ADBM dimuat setiap hari di Koran Kedaulatan Rakyat Yogya. Diterbitkan menjadi buku setiap bulan. Kisah menarik seorang pemuda clingus. Dengan bakat, ketekunan serta keinginan besar untuk belajar dan diberkati nasib baik, berkembang hebat. Bertransformasi menjadi pendekar sakti Mandraguna, tanpa tanding. Berbagai ilmu dahsyat dikuasainya. Dari memainkan senjata cambuk, memanah sampai ngelmu panglimunan. Ajur ajer, menyatu dalam dirinya.

Nantinya Agung Sedayu harus menerima takdir yang tak bisa dihindarinya, memiliki tiga isteri. Sekar Mirah, cinta pertamanya. Kemudian yang ke dua garwa ampilan sempurna. Cantik cerdas, bekas selir Raja yang tak mampu ditolaknya. Serta yang ke tiga  Pandan Wangi, janda almarhum Swandaru Geni adik seperguruannya.  Apakah Agung Sedayu bahagia?

Fiksi inspiratif, memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk bisa menikmatinya.

Seolah tak lekang oleh jaman, kini ADBM ramai beredar di WAG wag.

Salah satu masterpiece, karya almarhum Sh Mintarja pengarang dari Jogya. Berdurasi sangat panjang, terangkai dalam ratusan jilid buku. Barangkali adalah serial literasi terpanjang di seluruh dunia. Melebihi panjangnya kisah seribu satu malam  Bagdad. Atau La Galigo dari Sulsel.

Kalau nyonya sudah fokus membaca cerbung  itu, artinya tidak ingin diganggu. Awak harus berjalan sendirian di kapal.

Menyusuri area joging terbuka pinggiran deck enam. Berjalan di trek kayu, dibawah pelampung pelampung kapal  berderet bergantungan. Angin laut meniup kencang, menusuk dingin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline