Lihat ke Halaman Asli

Krisis Nurani di Tengah Pandemi

Diperbarui: 8 Mei 2020   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah-tengah krisis masa pandemic covid 19, masyarakat Indonesia justru dihebohkan dengan ulah pemuda yang tidak bernurani. Social distancing dan himbauan di rumah aja oleh pemerintah tidak hanya membatasi ruang gerak masyarakat akan tetapi memangkas penghasilan bahkan tidak sedikit yang kehilangan penghasilan akibat terPHK. Kehilangan pekerjaan maupun penghasilan artinya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak terkecuali soal pangan ikut terimbas. Oleh karena hal itu, pemerintah tidak tanggung-tanggung menggelontorkan milyaran rupiah anggaran agar dapat memberikan bantuan social kepada masyarakat terdampak. Tujuannya satu, agar masyarakat tidak kehilangan asa untuk bisa melanjutkan kehidupan selama masa pandemic ini.

Perbuatan pemuda yang ngeprank membagikan sampah dalam kardus kepada kaum duafa beberapa waktu lalu pantas dikecam oleh seantero negeri. Perbuatan yang dilakukan tidaklah mencerminkan dari pemuda yang kreatif berkarya menjadi konten creator youtube melainkan perbuatan sampah yang tidak bernurani. Masyarakat tengah terluka baik secara finansial maupun hati, justru diejek dengan bungkusan sampah. Sungguh perbuatan yang tidak pantas sama sekali dilakukan oleh siapa pun di negeri ini. Menghina sesame bangsa sama halnya meludahi diri sendiri.

Peristiwa memilukan seperti di atas sekaligus menjadi bahan refleksi bagi diri kita selaku pelaku Pendidikan. Baik sebagai kepala sekolah, guru, orang tua dan masyarakat. Perbuatan ngeprank sampah tidak hanya melukai Nurani sesame Bangsa Indonesia namun menunjukkan betapa generasi kita tak mengenal rasa simpati terhadap sesama. Nuraninya kebas terhadap kejadian di sekitarnya.

Mari begandeng tangan antara kepala sekolah dan guru di sekolah, orang tua di rumah dan juga masyarakat sebagai trilogy Pendidikan untuk bisa menjadi teladan bagi generasi masa depan. Sebagai guru kita harus menyadari sebagai sosok yang bisa digugu dan ditiru baik secara pengetahuan maupun sikap. Tunjukkan dan jangan bosan ajarkan anak-anak di sekolah untuk bisa mengelola rasa melalui Pendidikan karakter yang sudah diterapkan. Asah dan olah rasa anak-anak agar menjadi pribadi yang berkarakter dan bersimpati terhadap sesama. Sehingga kelak, tidak hanya mampu menjadi manusia yang kreatif melainkan bisa menjadi inspiratif baik bagi sesame maupun generasi berikutnya.

YOGYAKARTA

8 MEI 20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline