Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Di Bawah Langit

Diperbarui: 9 Maret 2019   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bawah langit hitam. Ku menatap bintang gemintang. Berkedap-kedip bermandikan cahaya. Seolah asyik saling bercengkerama.

Di bawah cahaya bintang. Di tengah gempitanya mereka berbincang. Ada segenap sayu yang kian meradang. Dalam sepi yang slalu berdendang.

Kepergian bukanlah suatu kemauan. Perpisahan tentu tidak diharapkan. Kehilangan bukan sebuah impian. Kesendirian bukan pula tujuan.

Namun, takdir siapa yang bisa menghindar. Ketika firmanNya tlah ditebar. Hanya kesadaran yang membuat tegar. Semoga pelita tak lelah berpendar.

Bila iman dan taqwa jadi pegangan. Kitab suci jadi panutan. Tak kan ada hampa dalam keramaian. Tak ada hidup tanpa tujuan.

Bila iman dan taqwa sekedar hiasan. Kitab suci sekedar tontonan. Maka hampa tak kan terhindarkan. Hidup seolah tiada panutan.

Purworejo, 7 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline