Bicara mengenai jodoh rasanya tak akan habis sekalipun dikupas mulai subuh sampai subuh lagi. Ada banyak sekali hal berkaitan dengan yang namanya jodoh. Mulai dari cinta yang sering diagung-agungkan para kawula muda saat ini sampai pada restu kedua orang tua yang terkadang berbeda pendapat dengan kita.
Begitu kompleksnya soal jodoh dan pernikahan sampai-sampai muncul banyak pula prinsip dalam menentukan pasangan. Ada yang mengatasnamakan cinta sebagai pondasi terkuat dalam pernikahan. Dengan atas dasar cinta inilah terkadang kawula muda menutup mata pada aspek penting lainnya. Termasuk pula menentang restu kedua orang tua.
Ada pula kawula muda yang beranggapan bahwa memiliki pasangan yang rupawan adalah segalanya. Memiliki suami yang tampan merupakan prestige tersendiri bagi dirinya. Sehingga mereka lupa kehidupan pernikahan tak hanya butuh muka tampan.
Ada pula kawula muda yang berprinsip bahwa materi sebagai pondasi kebahagiaan bagi rumah tangganya kelak. Sehingga seringkali mereka berburu pria-pria mapan yang Bergelimang harta.
Berkaca dari para kawula muda yang dengan bangga mengagungkan prinsip memilih jodohnya, sangatlah miris. Pernikahan bukanlah melulu soal cinta, fisik dan harta. Pernikahan berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan diri kita sendiri, pasangan, orang tua kita serta calon mertua komplit dengan segala macam sejarah dan latar belakangnya.
Terserah jika ada yang beranggapan bahwa memilih jodoh itu harus memperhatikan bibit, bebet dan bobot seperti yang seringkali orang tua kita bilang adalah pemikiran yang kolot. Tapi sebelum kalian mengecap pemikiran tersebut kolot dan kuno, boleh lah sedikit tau apa itu bibit, bebet dan bobot untuk kemudian kita renungkan bersama.
Bibit merupakan benih. Ibarat orang akan bercocok tanam maka salah satu hal penting yang mesti dilakukan yakni memilih bibit terbaik untuk calon tanaman kita kelak. Nah, begitu pula dalam pernikahan. Salah satu tujuan dari sebuah pernikahan adalah memiliki keturunan. Keturunan atau anak yang kita idamkan tentu anak yang baik dan unggul. Oleh karena itu memperhatikan bibit atau trah keturunan dari calon pasangan menjadi hal yang wajib dipertimbangkan matang-matang dalam memilih jodoh. Tentu kita ingin bukan keturunan kita kelak berasal dari bibit yang baik?
Bebet merupakan karakter seseorang. Memilih pasangan pun tidak asal comot. Tentunya kita menginginkan kehidupan pernikahan yang damai, saling menyayangi dan jauh dari kata menyakiti. Oleh karena itu memilih pasangan pun harus memperhatikan bagaimana watak dan karakternya. Hal ini pun dianjurkan dalam agama Islam bahwa salah satu tolok ukur memilih jodoh adalah dengan melihat akhlaknya. Tentu bebet ini berkaitan erat dengan bibit dan juga lingkungan. Bebet yang baik diperoleh seseorang dari bibit yang baik pula. Selain itu bebet dipengaruhi oleh pergaulan serta pendidikan yang ditempuhnya. Maka untuk mengetahui karakter calon pasangan kita bisa melihat dari siapa teman-temannya dan latar pendidikannya. Tentunya dengan asumsi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula karakter seseorang.
Yang terakhir adalah bobot. Bobot merupakan harta kekayaan yang dimiliki oleh calon pasangan dan keluarganya. Mungkin sekarang banyak yang terlalu intens memperhatikan bobot seseorang dalam menentukan pasangan, sebenarnya tidak keliru juga. Karena mereka realistis kemapanan calon pasangan menjadi penjamin berputarnya roda perekonomian rumah tangga kelak. Akan tetapi, sayangnya karena terlalu fokus dengan bobot ini banyak yang mengabaikan kedua faktor bibit dan bebet tersebut. Sehingga hal ini menjadi keliru.
Jika dikatakan tidak ada manusia yang sempurna yang berasal dari keturunan baik, berkarakter baik dan berkantong tebal pula. Iya memang, tapi pasti ada orang-orang yang walaupun tidak sempurna baiknya tetap mempunyai kriteria ke dalam bibit, bebet dan bobot yang pas untuk kalian. Jadi jangan terburu menyerah dan putus asa ya gays. Ingat memilih jodoh artinya memilih pasangan, teman hidup dan orang tua yang baik pula buat keturunan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H