Lihat ke Halaman Asli

mulyanto

belajar sepanjang hayat

Parade Nyinyir Bertaraf Nasional

Diperbarui: 13 Desember 2018   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(blog.oxforddictionaries.com)

Jika Anda melihat foto atau saat jalan-jalan tak sengaja jumpa pasangan suami-istri atau muda-mudi yang ceweknya cantik dan imut sedang cowoknya amit-amit jelek, pernahkah Anda berpikir, "Kok mau ya, dia sama dia?"

Jika Anda pernah mengatakan begitu meski hanya dalam hati, berarti Anda satu barisan dengan supir taksi online yang Selasa malam mengantar saya dari kantor menuju rumah saya.

Saya dan panjenengan kalau kadang berpikir dan bertindak begitu, berarti juga masih sebarisan dengan pak supir tadi. Dan sebarisan dengan para komunitas nyinyir di tanah air ini.

Pak supir yang mantan karyawan BUMD itu terus melanjutkan ceritanya yang masyaAllah sangat panjang dan sangat luas cakupan topiknya. Selama sepanjang perjalanan mengantar saya, ia bukan hanya mengutuk pasangan pacaran dan atau suami istri yang tidak serasi saja, tapi juga mengupas dalam-dalam tentang konspirasi perpolitikan istana. 

Katanya Prof. Mahfud telah ditebus ganti rugi oleh pengurus pusat NU di Jakarta yang dananya disuplai dari istana. Tujuannya agar Prof. Mahfud tidak memendam dendam mendalam pada Kyai Ma'ruf Amin yang dipilih Pak Jokowi sebagai calon wapresnya. Juga tidak dongkol pada Pak Jokowi, Cs.

"Jokowi enggak bisa ngaji, Mas. Al-Fatihah masak jadi Alpateka. Prabowo kayaknya juga enggak bisa. Kayak Sollullohiwalaiahiiwassalam ini apa? Kacau. Semua calon enggak layak kayaknya," cecar pak supir.

Ia melanjutkan, "Oiya, soal Tol Suramadu yang dibebaskan, digratiskan, itu memangnya orang Madura banyak yang enggak sanggup bayar tol ta, Mas?"

Aku mengangguk-angguk dan terus memberi senyuman kecut. Tapi si Pak Supir ini jelas menganggap senyumku manis. Ah... sudahlah terserah Anda, Pak!

"Maaf pak belok kiri," sergah saya saat dia belum memberi tanda akan mengurangi injakan gas saat kami sudah mulai harus masuk ke gang menuju rumah saya. "Kalau terus kita ke UPN itu, Pak," 

Pak Supir manut dan melakukan tugasnya dengan baik. Namun ia tak berhenti mengomel.

"Pak Prabowo itu gelagatnya kalau jadi presiden akan diktator mirip mertuanya: Pak Harto, Mas." celanya. "Aku bingung masak mau golput lagi. Tahun 2014 aku golput loh mas," dia menoleh ke arah saya. Saya mangguk-angguk saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline