Lihat ke Halaman Asli

Mulyaning PutriAgustiyan

Mahasiswa Admiinistrasi Bisnis

Mahasiswa KKN BTV UNEJ Meningkatkan Pasar UMKM Jamu Tradisional

Diperbarui: 3 September 2021   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Dua tahun lamanya, pandemi Covid-19 melanda negara Indonesia. Semua sektor lumpuh dan kehilangan arah, pendidikan di Indonesia dipaksa melek teknologi sedangkan ketersediaan sinyal di desa masih terbatas, para tenaga pengajar generasi baby boomers merasa tertinggal menggunakan metode pembelajaran dengan penerapan teknologi karena sudah bukan zamannya lagi, akibatnya siswa di rumah tidak mendapatkan ilmu yang maksimal atau bahkan tidak pernah mendapatkan ilmu selayaknya sekolah.

Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh melambat sebesar 2,97%  pada kuartal I per tahun 2021. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melemah hingga mencapai angka 2,84%. Hal ini dikarenakan banyak sekali UMKM di Indonesia yang gulung tikar karena sudah tidak bisa beradaptasi, industri ekonomi mengalami penurunan omset, penurunan jumlah produksipun dilakukan, hal ini berimbas berat untuk pekerjanya. Pekerja banyak sekali yang mengalami PHK (Putus Hubungan Kerja) hingga perekonomian di Indonesia susah untuk bernafas.

Berbagai permasalahan pada sektor tersebut membuat Universitas Jember sebagai perguruan tinggi yang menjunjung tinggi dan menerapkan Tri Dharma pada kehidupan sosial memutar otak agar dapat membantu segala permasalahan yang ada di Indonesia. Tri Dharma perguruan tinggi merupakan tiga pilar dasar pola pikir dan menjadi kewajiban bagi mahasiswa sebagai kaum intelektual. 

Tri Dharma perguruan tinggi meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga Universitas Jember menerjunkan  4000 mahasiswa KKN BTV 3 untuk membantu masyarakat yang sedang kesulitan dalam masa pandemi Covid-19 sebagai perwujudan pilar ke 3 Tri Dharma perguruan tinggi yakni Pengabdian kepada masyarakat.

Pengabdian pada masyarakat kali ini akan mengangkat tema program pemberdayaan wirausaha masyarakat terdampak Covid-19. Lokasi yang akan menjadi objek KKN BTV adalah desa Kalisat, desa Kalisat merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten Jember, berada di jarak 20 km dari pusat kota membuat desa Kalisat termasuk dalam kecamatan yang makmur, namun setelah pandemi Covid-19 melanda, banyak sekali usaha mikro yang kesulitan untuk berjualan dikarenakan situasi dan kondisi yang sulit.

Kecamatan Kalisat mempunyai luas wilayah 53,48 Km2 dengan ketinggian rata-rata 281 m dari atas permukaan laut. Kecamatan Kalisat memiliki 12 desa yakni Desa Ajung, Desa Kalisat, Desa Glagahwero, Desa Gambiran, Desa Gumukmas, Desa Sebanen, Desa Sumber Ketempa, Desa Sumber Kalong, Desa Sumber Ketempa, Desa Sumber Jeruk, Desa Sukoreno, Desa Plalangan dan Desa Patempuran, dengan batas wilayah sebelah Timur adalah Kecamatan  Ledokombo, sebelah Barat Kecamatan Arjasa, sebelah Utara Kecamatan Sukowono, dan sebelah Selatan adalah Kecamatan Mayang.

Sasaran mitra yang ada di desa Kalisat adalah pedagang jamu tradisional dengan produk yang sama sekali tidak mengenal pemasaran. Nama pemilik usaha jamu tradisional ini adalah Indah Destitawati dengan umur 50 tahun. Jamu tradisional yang dijual hanya berbungkuskan plastik dengan harga jual Rp 2000, produk jamu tradisional ini tidak memiliki nama, barand, ataupun logo, hanya dikemas secara sederhana dan dijual dengan pasar tetangga sekitar.

Namun dengan adanya pandemi Covid-19, ibu Indah berhenti sementara atau vakum untuk berjualan jamu, hal ini dikarenakan penjualannya semakin hari semakin menurun, hingga ketersediaan modal tidak ada lagi karena dialokasikan kepada kebutuhan rumah tangga. Ibu Indah merupakan seorang janda yang memanfaatkan penjualan jamu tradisional ini sebagai salah satu mata pencahariannya, namun akhir akhir ini beliau ingin mengakhiri bisnisnya dikarenakan sudah tidak ada modal dan sepinya konsumen dikarenakan masa sulit seperti ini.

Analisis usaha yang dilakukan oleh mahasiswa KKN BTV 3 mengenai potensi usaha dari jamu tradisional ini adalah produk jamu tradisional dapat menjadi salah satu minuman yang akan mendapatkan keuntungan yang besar terutama pada masa pandemi Covid-19 ini, hal ini dikarenakan kandungan yang ada di dalam jamu tradisional dapat meningkatkan imunitas dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit secara umum Banyak orang yang mengonsumsi jamu setiap hari untuk menambah stamina, mengatasi gejala masuk angin, meningkatkan sistem imun, atau sebagai obat alternatif.

Dari peluang usaha tersebut, masih banyak sekali kekurangan yang ada di dalam usaha jamu tradisional ibu Indah Destitawati ini, antara lain sistem perputaran modal yang tidak jelas sehingga modal ikut tercampur dengan keperluan rumah tangga, sistem produksi yang tidak belum menjamin mutu produk, bahan baku yang digunakan berasal dari pembelian di pasar sehingga harganya mengikuti harga pasar, sumber daya manusia yang masih belum mengenal jaminan mutu dan pemasaran, sistem pemasaran yang masih seadanya. Dari bebagai kekurangan dari produk jamu tradisional ini, maka timbullah solusi dari mahasiswa KKN BTV 3 yang didiskusikan terlebih dahulu kepada mitra sasaran. Program kerja tersebut antara lain:

  • Pelatihan Pemasaran dengan Topik Bahasan Brand Awareness dan Digital Marketing : Pelatihan pemasaran adalah kegiatan pemberian ilmu dan pengetahuan terkait pemasaran digital dan brand awareness kepada mitra sasaran dan beberapa orang pada desa Kalisat. Kegiatan pelatihan pemasaran ini dilakukan dengan konsep pengembangan Sumber Daya Manusia pada masyarakat desa Kalisat terutama untuk pengembangan pengetahuan Ibu Indah Destitawati. Digital marketing akan berguna untuk mengembangkan bisnis jamu tradisional yang dirintis oleh Ibu Indah Destitawati karena pemasaran adalah senjata perang yang sangat penting untuk digunakan dalam sebuah bisnis.
  • Membuat Brand dan Logo Produk "Suwe Ora Jamu" : Brand yang dibuat oleh Ibu Indah Destitawati dengan mahasiswa KKN BTV 3 Mulyaning Putri Agustiyan bernamakan "Suwe Ora Jamu", nama ini berasal dari bahasa jawa yang memiliki makna "Lama Tidak Jamu". Fiosofis yang ada dalam brand ini dikarenakan Ibu Indah Destitawati sudah lama tidak berjualan jamu dikarenakan Covid-19 yang melanda, susahnya mendapatkan pelanggan hingga terbatasnya modal yang menyebabkan Ibu Indah Destitawati memutuskan untuk vakum sementara untuk menjual jamu, akhirnya brand ini dipilih untuk mengenang masa-masa sulit usaha Ibu Indah Destitawati dan meningkatkan motivasi Ibu Indah Destitawati dikala sedang   down dalam masa penjualannya.

  • Meningkatkan Daya Jual dengan Packaging yang Lebih Menarik : Packaging awal dari produk jamu tradisional Ibu Indah Destitawati adalah menggunakan plastik bening biasa dengan ukuran 1/4, packaging yang digunakan sebelumnya terbilang masih sederhana dan jauh dari kata menarik, sehingga mahasiswa KKN BTV 3 melakukan perubahan packaging dengan menggunakan botol kemasan dengan bentuk yang menarik dan ditempel label produk jamu berlambangkan brand "Suwe Ora Jamu".

dokpri

Meningkatkan Standar Mutu Produk Jamu Tradisional : Mutu produk yang akan menjadi keunggulan dari jamu tradisional Suwe Ora Jamu adalah mulai dari sisi bahan baku yang memanfaatkan bahan baku yang berkualitas, segar, dan tidak busuk. Sebagian bahan baku yang digunakan juga didapatkan dari hasil tanaman sendiri yakni Apotek Hidup yang ada di pekarangan rumah Ibu Indah Destitawati. Sehingga dengan bahan baku yang berkualitas akan menjadikan produk yang dihasilkan juga berkualitas dan berkhasiat untuk kesehatan tubuh. 

Proses transformasi yang digunakan dalam mengolah bahan baku jamu tradisional "Suwe Ora Jamu" menggunakan peralatan yang bersih dan benar, menggunkan parutan untuk memudahkan pemisahan sari jamu dengan ampas ang dihasilkan dan menggunakan kuali untuk perebusan jamu tradisional. Menurut beberapa penelitian tidak menyarankan merebus temulawak menggunakan panci aluminium karena zat aktif aluminium bisa bereaksi dengan zat-zat pada kandungan jamu tradisional dan justru bisa mengakibatkan keracunan. Maka mahasiswa KKN BTV 3 menyarankan untuk Ibu Indah Destitawati menggunakan kuali (panci dari tanah liat) untuk meningkatkan standart mutu produk jamu tradisional.

Membangun Taman Apotek Hidup pada Pekarangan Rumah dengan Media Polybag dan Pemanfaatan Tanah : Salah satu problem utama yang dihadapi oleh mitra sasaran Ibu Indah Destitawati adalah keterbatasan modal usaha, sehingga untuk meminimalisir hal tersebut hal yang dilakukan adalah pemanfaatan pekarangan rumah Ibu Indah Destitawati dengan menanami bahan baku jamu tradisional dengan konsep pembuatan "Taman Apotek Hidup". 

Dengan adanya taman apotek hidup ini dapat meminimalisir keluarnya modal usaha lebih besar karena bahan baku dapat didapatkan dengan muda di pekarangan rumahnya dan tidak perlu mengeluarkan uang dengan membeli bahan baku lagi. Penanaman bahan baku jamu tradisional menggunakan media polybag untuk menanam bibitnya, dan menggunakan tanah pekarangan rumah untuk menanam tumbuhannya, hal ini dikarenakan bahan baku tersebut harus memiliki banyak ruang untuk tumbuh berkembangnya akar.

dokpri

  • Menerapkan Digital Marketing (Pembuatan Whatsapp Bisnis dan Akun Instagram Bisnis) : Akun instagram digunakan oleh usaha Suwe Ora Jamu untuk mempromosikan produknya untuk menambah mangsa pasar, pemanfaatan media sosial akun instagram bukan hanya pemasaran belaka, namun juga untuk penyebaran informasi terkait manfaat produk. Produk knowledge adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyebarluaskan pengetahuan terkait produk tentang manfaat dan fungsi produk yang disebarkan kepada konsumen maupun calon konsumen untuk strategi pemasaran produk.

    dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline