Lihat ke Halaman Asli

MULYANI ANGGY PUTRI

Guru Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama

Koneksi Antar Materi Pengelolaan Program Berpihak Pada Murid Modul 3.3 Program Guru Penggerak Kemendikbud

Diperbarui: 22 Juni 2021   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tujuan Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.

Dengan demikian usaha agar suasa belajar dan proses pembelajaran dapat berjalan secara aktif sehingga dapat melejitkan potensi diri peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian baik, akhlak mulia, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, perlu dilakukan secara sadar dan terencana sebagaimana tertuang dalam sistem pendidikan nasional.

Nilai-nilai yang ditumbuhkan melalui proses dan pemaknaan atas pengalaman belajar yang dialami peserta didik, serta memelihara emosi dan pikiran positif, harus dapat dibiasakan dan dilestarikan sehingga nilai-nilai tersebut menjadi melekat dalam diri peserta didik dan bukan lagi hanya menjadi sebagai daftar keinginan maupun mimpi.

Karena nilai-nilai positif itu telah melekat dalam diri peserta didik dan bukan lagi hanya menjadi sebagai daftar keinginan maupun mimpi, maka hal ini dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam menumbuhkan dan membangun budaya positif di sekolah agar mereka memiliki karakter baik, disiplin yang dilakukannya secara sadar, memiliki inisiatif, bertanggung jawab atas pilihan yang telah ditentukannya sendiri dan menghargai dirinya sendiri dan orang lain. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan bertanya dan membuat kesepakatan agar motivasi intrinsik murid dapat terdorong.

Sebagai guru penggerak yang berperan dalam menginisiasi perubahan yang berbasis pada kekuatan/aset/potensi yang dimiliki, maka guru penggerak harus mampu mengembangkan visi, memetakan kekuatan dan potensi diri peserta didik, serta merencanakan dan mengelola strategi perubahan yang berdampak pada murid.

Memahami perbedaan individual dan karakteristik siswa yang berbeda dan beragam, maka desain pengalaman belajar yang bermakna, menantang dan relevan dapat dilakukan dengan penerapan differensiasi pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memetakan kesiapan belajar murid, minat dan profil belajar siswa terlebih dahulu sebelum differensiasi produlk, proses, maupun konten yang akan dilakukan guru dalam menyampaikan materI pembelajaran.

Peran guru tidak hanya mengisi kognisi dan keterampilan hard skill bagi siswanya, tapi juga soft skil (keterampilan sosial dan emosional) juga perlu ditumbuhkan dan dilestarikan dengan penuh kesadaran (mindfulness) sehingga soft skill yang dimilikinya tersebut dapat melekat dan membudaya dalam dirinya sebagai sosok pribadi, anggota keluarga, masyarakat dan bangsa. Hal ini juga dapat dilakukan guru melalui proses coaching sehingga murid dapat tumbuh dan berkembang dalam melejitkan potensi dirinya secara mandiri dan bertanggung jawab.

Untuk itu segala kebijakan program yang akan dilaksanakan haruslah berpijak pada keberpihakan kepada murid secara menyeluruh sebagai dasar dalam pengambilan keputusan melalui 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan yang dapat dipertangguangjawabkan. Lalu biarkan murid berperan aktif dalam pendidikan mereka dan mengembangkan keterampilan positif dari proses tersebut sehingga ia akan memiliki sikap percaya diri dengan keterampilan komunikasi dan manajerial yang dimilikinya untuk komunitas yang lebih luas di masa mendatang.

Dalam upaya mengakomodir seluruh kebijaksanaan program agar dapat berjalan dengan maksimal sesuai dengan tujuan dan harapan, maka kita perlu memaksimalkan 7 aset/modal utama yang ada dilingkungan sekitar kita agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam membantu berjalannya program baik secara moril maupun moral. Program yang mengingkatkan keberpihakan pada murid itu harus dapat menguatkan yang sudah ada, mendorong kebermaknaan dan diimplemantasikan dalam kepemimpinan murid yang dimulai dengan perencanaan, implementasi dan evaluasi yang dapat dibantu dengan 5 tahapan bagja, 7 aset/modal utama, 5 tipe risiko, 5 prinsip monev dan 12 pedoman MLR (Monitoring (Kertsy Hobson), Evaluasi, Learning (Dr. Roger Greenaway), Reporting),

Yang dimaksud dengan MANAJEMEN RISIKO  dalam pengelolaan program yang berpihak pada murid adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian, serta komunikasi risiko. Labobang (2011:39). Sedangkan 5 tipe RISIKO dalam lembaga pendidikan menurut Princewatercover, 2003 adalah risoko strategis, risiko keuangan, risiko operasional, risiko pemenuhan, dan risiko reputasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Saat mengambil keputusan dalam pengelolaan program haruslah berpijak pada keberpihakan kepada murid secara menyeluruh sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dengan prinsip yang dapat menguatkan yang sudah ada, mendorong kebermaknaan dan diimplemantasikan dalam kepemimpinan murid yang dimulai dengan perencanaan, implementasi dan evaluasi yang dapat dibantu dengan kajian 5 tahapan bagja, 7 aset/modal utama, 5 tipe risiko dalam lembaga pendidikan, 5 prinsip monev dan 12 pedoman MLR (Monitoring (Kertsy Hobson), Evaluasi, Learning (Dr. Roger Greenaway), Reporting). Terima kasih dan semoga bermanfaat. Salam Bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline